Tak Cukup Dipahami Secara Harfiah, Ma’ruf Amin: Alquran Harus Jadikan Individu Berpikir Moderat

21 November 2020, 12:18 WIB
Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin. /Dok Sekretariat Negara

PR DEPOK – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menuturkan bahwa kitab suci Alquran tidak cukup hanya dipahami secara harfiah atau tekstual.

Menurutnya, pemahaman itu harus ditafsirkan bersama dengan ilmu-ilmu lain agar dapat diamalkan bagi keberlangsungan kerukunan hidup masyarakat.

“Beberapa ilmu yang dapat digunakan untuk memahami Alquran antara lain bahasa Arab, termasuk nahwu dan sharaf, ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu rasmil Quran, ilmu ijazul Quran, dan ilmu asbabun nuzul,” kata Ma’ruf Amin dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Baca Juga: Cek Fakta: Habib Rizieq Dikabarkan Beri Petunjuk Paslon Pilihan dalam Pilkada Depok, Simak Faktanya

Ia mengatakan bahwa saat ini, masyarakat perlu juga menjadikan ilmu sosial, ilmu alam, dan humaniora sebagai ilmu bantu dalam memahami ayat-ayat Alquran.

“Dengan begitu, kita memahami Alquran tidak hanya secara harfiah tanpa mengerti konteks ayat dan konteks sosial yang menjadi latar belakang turunnya ayat,” ujarnya.

Ia berpendapat, untuk memahami Alquran secara benar diperlukan metodologi yang telah disepakati oleh para ulama dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat di dalamnya.

Baca Juga: Kabar Duka, Legenda Timnas Indonesia Ricky Yacobi Meninggal Dunia, Diduga Alami Serangan Jantung

“Sehingga, dengan metodologi tersebut umat islam dapat memahami ayat Alquran secara dinamis dan kontekstual, tetapi tetap dalam bingkai pemahaman nash yang benar,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, jangan berujung pada pemahaman yang statis, apalagi pemahaman yang radikal atau ekstrem yang menganggap pemahaman orang lain sebagai salah atau sesat.

Ma’ruf Amin menerangkan bahwa pemahaman terhadap Alquran dan ajaran agama Islam seharusnya dapat mengambil posisi jalan tengah di antara berbagai hal.

Baca Juga: Pertanyakan Tugas TNI Terkait Pencopotan Baliho, HRS Center: Dalam Rangka dan Kepentingan Apa?

Antara lain yakni jasmani dan rohani, teks dan konteks, idealisme dan kenyataan, hak dan kewajiban, orientasi keagamaan dan kebangsaan, serta kepentingan individual dan kemaslahatan umat.

“Pemahaman Islam wasathiyah adalah yang tidak tekstual dan tidak pula liberal, tidak berlebihan tetapi juga tidak gegabah, dan tidak pula memperberat tetapi juga tidak mempermudah,” tuturnya.

Menurutnya, pemahaman Alquran secara tekstual, yang hanya memahami teks-teks Alquran dan hadis tanpa penafsiran, akan menghasilkan pemahaman statis karena pemahaman tersebut tanpa disertai maksud utama dalam teks tersebut.

Baca Juga: Penurunan Paksa Baliho Habib Rizieq, DPR Fraksi Golkar Sebut Tidak Ada Pelanggaran oleh Pangdam Jaya

Maka dari itu, ia berharap dengan adanya penyelenggaraan MTQ Nasional secara tahunan, pemahaman agama Islam yang moderat dapat dibangun sebagai bagian dari kesepakatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Bahkan pemahaman pada teks-teks tertentu, secara literal, itu bisa menyesatkan, seperti ayat-ayat terkait dengan jihad,” ujar Ma’ruf Amin.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler