PR DEPOK - Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari 2021, hingga saat ini pihak berwenang masih terus mencoba untuk menelusuri terkait penyebab insiden tersebut.
Terkait insiden itu, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) turut memberikan analisisnya, yakni mengatakan bahwa tidak ada cuaca ekstrem saat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 itu.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, di Jakarta, pada Selasa, 12 Januari 2021.
Baca Juga: BPJAMSOSTEK Berikan Santunan Ratusan Juta Rupiah untuk Ahli Waris Korban Sriwijaya Air JT 182
"Tampak berawan, tetapi tidak ada indikasi kondisi ekstrem," ucap Thomas, seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.
Pantuan dari Sadewa (Satellite-based Disaster Early Warning System) Lapan, diungkap bahwa tidak adanya kondisi awan atau hujan ekstrem di titik kejadian.
Kondisi atmosfer yang terlihat dari aplikasi Sadewa Lapan dengan menggunakan Satelit Himawari-8 9 (awan tumbuh) dan model WRF (angin dan hujan) diperkirakan dengan menunjukkan di sekitar titik kejadian tidak ada kondisi atmosfer ekstrem.
Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Foto Bayi Korban Selamat dari Kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182, Simak Faktanya
Meskipun ada proses pembentukan sistem konveksi di sekitar titik kejadian, dikatakan Thomas hal itu tetapi tidak menandakan adanya indikasi kondisi ekstrem.