Soroti Pernyataan Kwik Kian Gie Soal Buzzer, Yan Harahap: Hanya Jokowi, Presiden Sebelumnya Ngapain Aja?

- 9 Februari 2021, 10:23 WIB
Deputi Balitbang Partai Demokrat, Yan Harahap.
Deputi Balitbang Partai Demokrat, Yan Harahap. /Instagram @yanharahap/

PR DEPOK – Mantan Menko bidang Ekonomi dan Industri di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Kwik Kian Gie mengemukakan pandangannya terkait kebebasan mengemukakan pendapat di era saat ini.

Pendapat tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter pribadinya, @kiangiekwik.

Ia mengaku bahwa dirinya takut mengutarakan pendapat yang berbeda di era sekarang ini.

Baca Juga: Anies Baswedan Kedapatan Tak Gunakan Masker, Ferdinand: Tolong dong Satgas Covid-19, Seperti Ini kan Memalukan

Ketakutan itu, menurutnya, disebabkan karena di era saat ini dirinya kerap diganggu oleh para pendengung atau buzzer di media sosial.

Menanggapi hal tersebut, politisi Partai Demokrat, Yan Harahap mengungkapkan bahwa hanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang membutuhkan buzzer.

Atas hal itu, ia mempertanyakan apa yang diperbuat presiden-presiden sebelumnya selama ini.

Baca Juga: Jokowi Minta Masyarakat Lebih Aktif dalam Mengkritik, Politisi PKS Sohibul Iman: Siap, Kami Akan Lebih Pasif!

Cuitan politisi Partai Demokrat Yan Harahap mengenai Joko Widodo.
Cuitan politisi Partai Demokrat Yan Harahap mengenai Joko Widodo.

Hanya Presiden @jokowi yg ‘butuh’ buzzers. Presiden2 sebelumnya ngapain aja?” ujar Yan Harahap.

Seperti diberitakan, Kwik Kian Gie menuturkan bahwa para buzzer ini mengkritisi dengan menghubungkan permasalahan saat ini dengan kehidupan pribadinya.

Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yg berbeda dng maksud baik memberikan alternatifLangsung saja di-buzzer habis2an, masalah pribadi diodal-adil,” ujarnya.

Baca Juga: Ucapkan Duka Cita Usai Ustaz Maaher Meninggal, Teddy Gusnaidi: Jangan Ungkit Lagi Urusan Duniawinya

Adanya hal itu, Kwik Kian Gie pun membandingkan kondisi era ini dengan kondisi kebebasan berpendapat pada era kepemimpinan Presiden Soeharto.

Ia menilai bahwa pada saat era Soeharto, dirinya merasa diberikan kolom dalam sebuah harian nasional guna mengajukan kritik-kritik yang tajam, tanpa akan muncul masalah setelahnya.

Zaman Pak Harto saya diberi kolom sangat longgar oleh Kompas. Kritik2 tajam. tidak sekalipun ada masalah,” katanya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x