PR DEPOK - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora), Fahri Hamzah menanggapi klarifikasi Mahfud MD ihwal dilaporkannya Din Syamsuddin oleh GAR ITB atas dugaan radikalisme.
Mahfud MD sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah tidak pernah memandang Din Syamsuddin sebagai orang yang radikal.
Pemerintah tdk prnh menganggap Din Syamsuddin radikal atau penganut radikalisme. Pak Din itu pengusung moderasi beragama (Wasathiyyah Islam) yg jg diusung oleh Pemerintah. Dia jg penguat sikap Muhammadiyah bhw Indonesia adl "Darul Ahdi Wassyahadah". Beliau kritis, bkn radikalis— Mahfud MD (@mohmahfudmd) February 13, 2021
“Pemerintah tidak pernah menganggap Din Syamsuddin radikal atau penganut radikalisme. Pak Din itu pengusung moderasi beragama (Wasathiyyah Islam) yg jg diusung oleh Pemerintah. Dia jg penguat sikap Muhammadiyah bhw Indonesia adl "Darul Ahdi Wa Syahadah". Beliau kritis, bukan radikalis,” ujar Mahfud MD melalui akun Twitter miliknya.
Baca Juga: Gempa 7,3 Magnitudo Guncang Jepang Sebabkan 50 Orang Luka-luka, Kemenlu: tak Ada Korban WNI
Menjawab pernyataan tersebut, Fahri Hamzah menilai bahwa cara pemerintah dalam memandang sebuah persoalan perlu diperbaiki.
Cara pemerintah melihat persoalan perlu diperbaiki prof. Jangan dipersonalisasi. Ini bukan soal pak din dan pak itu atau pigai dan abu janda...ini soal posisi negara ditengah hingar bingar media sosial. Mengapa “fasilitas” yg meng-“ekstensi” konflik di dunia maya dibiarkan ada? https://t.co/X8pXQdeXo3— #GS2021KolaborasiYuk (@Fahrihamzah) February 13, 2021
“Cara pemerintah melihat persoalan perlu diperbaiki prof. Jangan dipersonalisasi,” cuit Fahri Hamzah sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Minggu 14 Februari 2021.
Menurut Fahri, ini bukan hanya persoalan Din Syamsuddin, melainkan cara dan posisi pemerintah dalam mengatasi persoalan secara keseluruhan di tengah riuhnya suara-suara di media sosial.
“Ini bukan soal pak din dan pak itu atau pigai dan abu janda...ini soal posisi negara di tengah hingar bingar media sosial. Mengapa “fasilitas” yg meng-“ekstensi” konflik di dunia maya dibiarkan ada?,” ujarnya melanjutkan.