PR DEPOK - Prof Din Syamsuddin belakangan ini ramai diperbincangkan publik lantaran dilaporkan oleh kelompok Gerakan Anti Radikalisme (GAR) Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB).
Laporan itu dilayangkan oleh GAR ITB karena Din Syamsuddin dianggap telah melanggar kode etik.
Banyak orang menyebut bahwa Din Syamsuddin dituduh sebagai orang yang radikal.
Berbagai komentar bermunculan seiring dengan tersiarnya kabar tuduhan tersebut, banyak yang mengecam tindakan GAR ITB karena telah melaporkan Din Syamsuddin yang dinilai tak mungkin menjadi orang yang radikal.
Dari banyaknya pihak yang berkomentar di media sosial, Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Tamrin Amal Tomagola adalah salah satunya.
Tamrin melalui akun Twitter pribadinya memberikan tanggapan soal isu radikalisme yang santer dibicarakan di media sosial karena masalah pelaporan Din Syamsuddin ini.
Baca Juga: Gempa 7,3 Magnitudo Guncang Jepang Sebabkan 50 Orang Luka-luka, Kemenlu: tak Ada Korban WNI
Melalui akun @tamrintomagola, ia membagikan tulisan rekannya di jejaring Facebook. Berdasarkan tulisan tersebut, seseorang sebetulnya tidak perlu khawatir apabila dituduh radikal.
Bahkan menurutnya, sebutan radikal sendiri bukanlah sebuah aib, melainkan merupakan sebuah pujian.
Teman fb nulis di dindingnya:
“Tidak usah risau dituduh radikal. Itu sanjungan, bukan ain karena hanya orang cerdas-bijak yg mampu menggali dan menemukan serta mengungkap akar masalah yg terbenam/tidak kasat pancaindera”
Radikal itu anugerah, hanya radikalisme yg bawa bencana— tamrintomagola (@tamrintomagola) February 14, 2021
"Teman fb nulis di dindingnya: 'Tidak usah risau dituduh radikal. Itu sanjungan, bukan ain (aib)," ucap Tamrin seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.
Tamrin menjelaskan bahwa yang bisa mengungkap dan menemukan suatu akar masalah yang tak kasat mata hanyalah orang yang cerdas.
Dengan kata lain, ia meyebutkan bahwa orang yang radikal merupakan orang yang cerdas dan bijak.
Maka dari itu ia menyatakan bahwa sebutan radikal merupakan sebuah sanjungan.
"karena hanya orang cerdas-bijak yg mampu menggali dan menemukan serta mengungkap akar masalah yg terbenam/tidak kasat pancaindera'," katanya menjelaskan.
Dari tulisan yang dijelaskannya itu, Tamrin menuturkan bahwa radikal dan radikalisme itu berbeda.
Menurutnya radikal justru merupakan anugerah, sedangkan yang memunculkan bencana adalah radikalisme.
"Radikal itu anugerah, hanya radikalisme yg bawa bencana," ujar Tamrin menutup pernyataan.
Diketahui sebelumnya, tuduhan radikal yang disematkan pada Din Syamsuddin saat ini menjadi perdebatan publik.
Pasalnya tidak sedikit pihak yang menilai bahwa sosok Din Syamsuddin justru berbanding terbalik dengan tuduhan tersebut.
Baca Juga: Polemik Tudingan Din Syamsuddin Radikal, HNW Singgung Kisah Politisi Radikal Anti Islam Belanda
Sosok Din Syamsuddin bahkan dikenal sebagai tokoh agama yang selalu membela perdamaian dan telah berjasa banyak bagi bangsa lantaran membuat masyarakat internasional percaya pada Indonesia melalui pertemuan ulama dunia di Bogor beberapa tahun yang lalu.***