PR DEPOK – Sebagaimana diberitakan, Aung San Suu Kyi ditahan dalam kudeta militer pada 1 Februari 2021 lalu.
Penahanan dan kudeta militer tersebut merupakan bagian dari ketidakpuasan militer terhadap hasil pemilihan umum bulan November 2020.
Kini, Tentara Myanmar tengah memburu tujuh pendukung yang terkenal saat protes terhadap negaranya bulan ini.
Ketujuh orang tersebut akan menghadapi dakwaan atas komentarnya di media sosial yang dianggap mengancam stabilitas nasional.
Di antara tujuh orang tersebut, terdapat nama Min Ko Naing, seorang pemimpin protes yang pernah ditindas pada tahun 1988.
Dirinya pernah membuat panggilan untuk mendukung demonstrasi jalanan dan kampanye pembangkangan sipil di Myanmar.
Menanggapi hal tersebut, Ketum ProDEM, Iwan Sumule buka suara melalui akun Twitter miliknya @KetumProDEM.
Sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com, Selasa 16 Februari 2021, Iwan Sumule membandingkan masyarakat Myanmar dan Indonesia ketika iklim demokrasi sedang dirampas oleh pihak penguasa.
“Di Myanmar, ketika demokrasi dibajak dan dirampas gunakan senjata, rakyat Myanmar tidak saja melakukan kritik,” ujar Iwan Sumule.
Menurutnya, rakyat Myanmar tidak hanya melakukan kritik, tetapi juga turun ke jalan untuk berdemonstrasi mengajukan protes.
“Tetapi juga protes keras dengan turun ke jalan berdemonstrasi,” katanya tegas.
Baca Juga: Singgung Pihak yang Takut pada Buzzer, Arief Poyuono: Apa yang Ditakuti? Apalagi Cuma di Dunia Maya
Tak hanya itu, lanjut Iwan Sumule, rakyat Myanmar juga telah menyuarakan istilah ‘pembangkangan sipil’.
“Bahkan mereka mulai menyerukan ‘pembangkangan sipil’,” ujar Iwan Sumule menjelaskan.
Akan tetapi, kata dia, hal berbeda justru terjadi di Indonesia, di mana menurutnya rakyat Indonesia malah bersikap sabar ketika demokrasi tengah dirampas.
“Paradoks dengan rakyat di negera (+62), sabar,” ujar Iwan dalam cuitannya.