PR DEPOK – Staf Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Henry Subiakto mengemukakan komentarnya terkait laporan yang dirilis Microsoft.
Diberitakan, Microsoft mengeluarkan laporan tahunan teranyar perihal tingkat kesopanan netizen atau pengguna internet dengan tajuk 2020 Digital Civility Index (DCI).
Netizen Indonesia pun menjadi salah satu yang diteliti. Namun sayangnya, Indonesia menempati peringkat terakhir secara regional.
Sementara secara global, Belanda menjadi negara dengan netizen paling sopan alias masuk di peringkat pertama.
Sedangkan, di Asia secara umum dan di Asia Tenggara, Singapura berada di posisi teratas dan keempat secara global.
Terkait hal tersebut, Henry Subiakto mengaku bahwa dirinya merasa heran dengan adanya laporan Microsoft tersebut.
Menurut penilaian dia, hal tersebut merupakan sebuah paradoks di tengah masyarakat Indonesia.
Di satu sisi, kata Henry Subiakto, netizen Indonesia selalu menyuarakan bahwa mereka takut dengan kehadiran UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Selain UU ITE, ia menuturkan, netizen Indonesia juga merasa dibungkam dan dilarang mengkritik.
“Paradoks negeri ini. Teriak takut dg UU ITE, bilang dibungkam, dilarang ngritik,” katanya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Twitter @henrysubiakto.
Akan tetapi, akademisi itu mengungkapkan bahwa netizen Indonesia adalah pengguna internet dengan penggunaan bahasa yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
“Tapi faktanya di medsos pesan dan bahasa yg dipakai paling tdk sopan se Asia Tenggara,” ujar Henry Subiakto.
Maka dari itu, ia meminta masyarakat tak perlu merasa heran ketika celaan, fitnah, dan hoaks telah membaur dengan yang disebut kritik.
“Jangan tanya bgmn celaan, bully, fitnah, hoaks campur baur dg yg disebut kritik,” kata Guru Besar FISIP Universitas Airlangga itu.