Berdasarkan hasil kerja sama multilateral dengan WHO, vaksin AstraZeneca itu di datangkan untuk negara-negara berkembang.
"Amerika punya vaksin, namanya Johnson dan Johnson (J&J) yang cuma sekali suntik dan itu tidak boleh keluar dari negaranya. Vaksin ini rebutan sekali. Kenapa kita memilih empat karena kalau satu nyangkut kita ada di tempat lain," katanya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.
Suplai vaksin di Indonesia diperkirakan baru mencapai 80 hingga 90 juta dosis atau sekitar 24 persen dari total kebutuhan yakni 363 juta vaksinasi yang menyasar 181,5 juta orang, hingga Juni 2021 mendatang.
Sementara itu suplai vaksin terbesar pada Juli hingga Desember 2021 mendatang yakni diperkirakan mencapai 75 hingga 76 persen.
Keterbatasan ketersediaan vaksin itu, dikatakan Menkes Budi membuat pemerintah harus berupaya keras mengatur jadwal pelaksanaan vaksinasi.
Pasalnya, vaksinasi dilakukan penjadwalan secara bertahap agar tidak ada kegiatan vaksinasi yang terhenti.
"Banyak yang bilang negara lain bisa suntik satu juta per hari. Saya bilang kalau kita juga satu juta per hari, selama tiga hari selesai terus satu bulan berikutnya ngapain," ujar Menkes Budi.
Lanjut Budi, target pemerintah untuk peningkatan jumlah vaksinasi harian dari Februari lalu, hanya sekitar 100 ribu vaksinasi perhari.