Jelaskan Alasan RI Beli Vaksin Covid-19 dari Banyak Negara, Menkes: Takut Kalau Ada Embargo dari Suatu Negara

- 12 Maret 2021, 09:43 WIB
Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin. /Twitter/@setkabgoid.

PR DEPOK - Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin memaparkan alasan mengapa Indonesia selama ini membeli vaksin Covid-19 dari banyak negara.

Menkes Budi mengatakan salah satu alasannya karena kekhawatiran yang dirasa jika negara pembuat vaksin Covid-19 menahan penjualan atau embargo.

Menkes memberikan pernyataan tersebut usai meninjau pelaksanaan vaksinasi massal yang diikuti sekitar seribuan orang di Kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes Provinsi Bengkulu, pada Kamis, 11 Maret 2021.

Baca Juga: Jokowi Happy-happy Saja Soal Kisruh Demokrat, Rocky Gerung: Bagus Juga, Artinya Beliau tak Paham Tentang...

"Kita takut kalau ada apa-apa atau ada embargo dari suatu negara dan ini sudah kejadian. AstraZeneca itu punya Inggris dan sekarang mereka menahan. Kemarin mau kirim ke Australia tapi mereka tahan katanya untuk rakyatnya dulu," ujar Menkes Budi.

Dikatakan Menkes Budi, Indonesia merasa beruntung karena tidak membeli vaksin AstraZeneca dari Inggris. Namun, Indonesia membeli vaksin jenis itu dari Korea Selatan dan India.

Lanjut Menkes Budi, Indonesia saat ini menjalin kerja sama dengan lima negara penyedia vaksin Covid-19, di antaranya China produsen vaksin Sinovac, Korea Selatan dan India vaksin AstraZeneca, Jerman vaksin Pfizer, dan Amerika vaksin Novavax.

Vaksin yang sudah tiba di Indonesia terbaru yakni vaksin AstraZeneca buatan Korea Selatan dan India yaitu sebanyak 1 juta dari 11 juta dosis.

Baca Juga: Moeldoko Terima Jabatan Ketum Demokrat Tapi Bukan Kader, Gatot Nurmantyo: Memalukan!

Berdasarkan hasil kerja sama multilateral dengan WHO, vaksin AstraZeneca itu di datangkan untuk negara-negara berkembang.

"Amerika punya vaksin, namanya Johnson dan Johnson (J&J) yang cuma sekali suntik dan itu tidak boleh keluar dari negaranya. Vaksin ini rebutan sekali. Kenapa kita memilih empat karena kalau satu nyangkut kita ada di tempat lain," katanya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Suplai vaksin di Indonesia diperkirakan baru mencapai 80 hingga 90 juta dosis atau sekitar 24 persen dari total kebutuhan yakni 363 juta vaksinasi yang menyasar 181,5 juta orang, hingga Juni 2021 mendatang.

Sementara itu suplai vaksin terbesar pada Juli hingga Desember 2021 mendatang yakni diperkirakan mencapai 75 hingga 76 persen.

Baca Juga: Habib Rizieq Terancam 10 Tahun Penjara, Refly: Jangankan Begitu, Dituntut Pidana Saja tak Cocok untuk Kasusnya

Keterbatasan ketersediaan vaksin itu, dikatakan Menkes Budi membuat pemerintah harus berupaya keras mengatur jadwal pelaksanaan vaksinasi.

Pasalnya, vaksinasi dilakukan penjadwalan secara bertahap agar tidak ada kegiatan vaksinasi yang terhenti.

"Banyak yang bilang negara lain bisa suntik satu juta per hari. Saya bilang kalau kita juga satu juta per hari, selama tiga hari selesai terus satu bulan berikutnya ngapain," ujar Menkes Budi.

Lanjut Budi, target pemerintah untuk peningkatan jumlah vaksinasi harian dari Februari lalu, hanya sekitar 100 ribu vaksinasi perhari.

Baca Juga: Pernah Selamati Moeldoko Saat Dilantik Jadi Panglima TNI, Dipo Alam: Sambil Pandang Matanya, Saya Berharap...

Sedangkan pada Maret hingga April 2021, target peningkatan jumlah vaksin dinaikkan menjadi 500 ribu vaksinasi per hari. Selanjutnya, target pada Mei dan Juni 2021 yakni mencapai satu juta vaksinasi per hari.

Kemudian, setelahnya yakni Juli hingga Desember 2021 targetnya bisa mencapai lebih dari satu juta vaksinasi per hari.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x