Sebut Kaum Milenial Jadi Sasaran Utama Perekrutan Teroris, Pengamat: Mereka Korban Penetrasi Ideologi Global

- 1 April 2021, 21:37 WIB
Ilustrasi terorisme.
Ilustrasi terorisme. /Pixabay/TheDigitalWay.

PR DEPOK - Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Kertopati turut memberikan komentar terkait aksi terorisme yang dalam waktu sepekan ini terjadi di Makassar dan Mabes Polri.

Komentar tersebut disampaikan Nuning sapaan akrab Susaningtyas Kertopati dalam siaran persnya di Jakarta, pada Kamis, 1 April 2021.

Dalam keterangan persnya, Nuning mengatakan aksi terorisme yang terjadi beberapa hari ini menujukkan generasi milenial jadi sasaran utama perekrutan teroris.

Baca Juga: Klaim Pengamanan Mabes Polri Tak Terlalu Ketat, Haris Azhar: Ada 'Kebebasan' Pelaku Nyari Polisi Buat Ditarget

Diketahui bersama, serangan teror di Mabes Polri dilakukan oleh seorang perempuan bernama Zakiah Aini yang masih berusia 26 tahun.

Begitu pun, serangan bom di Gereja Katedral Makassar dilakukan oleh pasangan milenial yang juga usianya masih di kisaran 26 tahun.

"Milenial kebanyakan masih mencari jati diri dan mengikuti arah pihak yang paling berpengaruh," katanya dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Lebih lanjut, perempuan yang juga sebagai Doktor Bidang Komunikasi Intelijen Unpad ini menuturkan bahwa dalam menganalisa kejadian terorisme harus dilakukan secara holistik.

Baca Juga: Munarman Prihatin Pelaku Teror Ditembak Mati Nyawa Seakan Murah, FH: Bilang ke Teroris Nyawanya Lebih Mahal

"Kejadian bom bunuh diri itu tentu saja sinyal bahwa mereka ingin menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu harus dikenali embrio terorisme di Indonesia itu apa saja," ujarnya.

Kemudian, Nuning menjelaskan bahwa kaum milenial yang jadi sasaran perekrutan teroris adalah korban dari penetrasi ideologi kekerasan global yang masuk ke Indonesia.

"Mereka adalah korban dari penetrasi ideologi kekerasan global yang masuk ke Indonesia," kata Nuning, dalam Webinar The Indonesia Intelligence Institute Rabu 31 Maret 2021.

Menurut dia, pola rekrutmen saat ini berkembang menjadi lebih terbuka dengan gunakan ruang publik seperti sekolah, kampus, dan perkumpulan kegiatan-kegiatan keagamaan.

Baca Juga: Jubir Vaksinasi Covid-19 Kemenkes Sebut Vaksinasi Tahap Ketiga Dimulai Juni atau Juli Mendatang

"Oleh karenanya, pemerintah juga harus melibatkan milenial sebagai upaya melakukan pencegahan agar tidak ada perekrutan baru," ujar Nuning tegas.

Namun tak hanya milenial, dia berharap besar pemerintah juga dapat melibatkan tokoh-tokoh publik dalam pencegahan perukrutan teroris baru tersebut.

"Rekrutmen terorisme selain dilakukan tertutup, juga ada ruang publik yang dipakai dalam proses penjaringan seperti di media sosial," katanya.

Yang juga perlu diwaspadai, kata Nuning, adalah proses yang disebut "enabling environment" yaitu menormalisasi hal yang tidak normal dirasa normal.

Baca Juga: Klaim 2 Surat Wasiat Pelaku Teror Tak Hanya Mirip Tapi Sama Persis, Mustofa: Tidak Mungkin Kebetulan

"Ini tidak boleh disepelekan dan harus jadi perhatian serius semua kalangan," ujar Nuning menambahkan.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah