PR DEPOK – Politisi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Teddy Gusnaidi kembali mengemukakan pendapatnya terkait isu terorisme melalui akun Twitter pribadinya.
Dalam penuturannya tersebut, ia juga menyampaikan sejumlah saran untuk pemerintah dalam upaya pemberantasan teroris.
Menangkap pentolan teroris itu sangat mudah. Misalnya ada unggahan pemuka agama jadi-jadian di Media Sosial, untuk menemukan lokasinya mudah. Tangkap dan interogasi dia belajar di mana. Tangkap gurunya, lalu gurunya di interogasi juga, begitu terus, sampai ketemu ujungnya.— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) April 4, 2021
“Menangkap pentolan teroris itu sangat mudah. Misalnya ada unggahan pemuka agama jadi-jadian di Media Sosial, untuk menemukan lokasinya mudah,” tulis Teddy Gusnaidi pada Minggu, 4 April 2021 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.
Ia meminta pihak terkait untuk menangkap dan menginterogasi pemuka agama jadi-jadian tersebut soal tempat dia belajar selama ini.
“Tangkap gurunya, lalu gurunya di interogasi juga, begitu terus, sampai ketemu ujungnya,” ucapnya.
Menurut Dewan Pakar PKPI itu, pemuka agama jadi-jadian tersebut sama seperti pengguna narkoba, karena sama-sama bisa merusak lingkungan.
Baca Juga: Respons Keputusan Pemerintah Pusat, Anies Baswedan Putuskan Perpanjang PPKM Skala Mikro DKI Jakarta
Pemuka agama jadi-jadian ini sama seperti pengguna narkoba. Mereka bisa merusak lingkungan. Tangkap dan interogasi siapa pemasoknya. Pemasoknya itu ditangkap lalu interogasi lagi, sampai ketemu bandar besar.
Pemberantasannya harus konsisten seperti pemberantasan narkoba.— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) April 4, 2021
“Tangkap dan interogasi siapa pemasoknya. Pemasoknya itu ditangkap lalu interogasi lagi, sampai ketemu bandar besar,” tuturnya lagi.
Teddy Gusnaidi pun menegaskan agar pemberantasannya konsisten seperti halnya pemberantasan narkoba.
Jadi BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) pola kerjanya harus sama seperti BNN (Badan Narkotika Nasional). Pengguna Narkoba itu sembunyi-sembunyi, tapi bisa diberantas. Sedangkan pecinta terorisme terang-terangan, harusnya lebih mudah.
Kenapa malah sebaliknya?— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) April 4, 2021
“Jadi BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) pola kerjanya harus sama seperti BNN (Badan Narkotika Nasional),” kata Teddy Gusnaidi.
Ia menjelaskan bahwa pengguna Narkoba itu melakukan tindakannya secara sembunyi-sembunyi, tetapi bisa diberantas.
“Sedangkan pecinta terorisme terang-terangan, harusnya lebih mudah. Kenapa malah sebaliknya?” ujarnya.
Teddy Gusnaidi juga mengungkapkan bahwa pihak terkait dapat dengan mudah menemukan orang-orang yang mendukung radikalisme, lantaran kerap menampilkan diri.
Kita bisa temukan org2 yg mendukung radikalisme secara mudah, karena mereka menampilkan diri. Tapi jarang kita temukan orang yg menggunakan narkotika secara terang2an.
Seharusnya sangat mudah memberantas kelompok radikal dibandingkan kelompok Narkotika.
Ini cuma masalah niat..— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) April 4, 2021
“Tapi jarang kita temukan orang yg menggunakan narkotika secara terang2an,” tutur Teddy Gusnaidi lagi.
Seharusnya, menurut dia, lebih mudah memberantas kelompok radikalis dibandingkan kelompok narkotika, karena ini hanya masalah niat.
Jangan pernah takut dibilang anti agama anti pemuka agama, karena kelompok radikal itu memang sengaja menggunakan label agama untuk melindungi dan memuluskan kejahatan yang mereka buat.
Mereka tau, bakal ada orang-orang bodoh yang membela kejahatan mereka, atas nama takut dosa.— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) April 4, 2021
“Jangan pernah takut dibilang anti agama anti pemuka agama, karena kelompok radikal itu memang sengaja menggunakan label agama untuk melindungi dan memuluskan kejahatan yang mereka buat,” katanya.
Menurutnya, kelompok radikalis tersebut mengetahui bahwa akan ada orang-orang bodoh yang membela kejahatan mereka, dengan dalih takut dosa.
Indonesia mampu untuk lakukan itu, buktinya jika ada kejadian terorisme, maka dengan mudah pelaku yang lain ditangkap, bahkan gagalkan rencana busuk mereka. Masalahnya tidak ada konsistensi untuk melakukan hal itu ketika tidak ada kejadian terorisme.
Ini masalah sebenarnya..— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) April 4, 2021
“Indonesia mampu untuk lakukan itu, buktinya jika ada kejadian terorisme, maka dengan mudah pelaku yang lain ditangkap, bahkan gagalkan rencana busuk mereka,” tuturnya.
“Masalahnya tidak ada konsistensi untuk melakukan hal itu ketika tidak ada kejadian terorisme. Ini masalah sebenarnya,” lanjut Teddy Gusnaidi.
Baca Juga: Update Persebaran Covid-19 Depok, 5 April 2021: 42.695 Positif, 39.988 Sembuh, 841 Meninggal Dunia
Teddy Gusnaidi lantas menekankan bahwa negara tidak memiliki masalah soal kemampuan untuk memberantas kelompok radikalis, tetapi di sisi lain mempunyai masalah konsistensi dalam memberantas radikalisme.
Sekali lagi, negara ini tidak ada masalah soal kemampuan untuk memberantas kelompok radikal, tapi negara ini punya masalah konsistensi dalam memberantas radikalisme.
Segera ganti pembantu anda pak @jokowi jika tidak punya konsistensi dalam memberantas radikalisme.
Terima kasih— Teddy Gusnaidi (@TeddyGusnaidi) April 4, 2021
“Segera ganti pembantu Anda pak @jokowi jika tidak punya konsistensi dalam memberantas radikalisme,” katanya tegas.***