Untuk kali pertama kali diidentifikasi pada varian yang dilaporkan dari Afrika Selatan (B.1.351) dan Brazil (B.1.1.28). Kemudian juga dilaporkan pada varian yang terdapat di Inggris.
"Inggris mengidentifikasi mutasi ini sesudah memeriksa 214.159 sampel sekuens, suatu jumlah yang cukup banyak. Sesudah ditemukan maka pemerintah Inggris melakukan penelusuran kontak yang intensif disertai kegiatan tes dan analisis laboratorium lanjutannya," tuturnya.
Tjandra menjelaskan bahwa mutasi Covid-19 E484K disebut sebagai mutasi pelarian atau penghindaran (escape mutation). Alasannya, karena mutasi ini dapat membuat virus lolos dari pertahanan tubuh manusia.
Kalau varian B.1.1.7 ditambah mutasi E484K, kata dia, akan memicu tubuh perlu meningkatkan jumlah antibodi serum untuk dapat mencegah infeksinya.
"Kita sudah sama ketahui bahwa varian B.1.1.7 memang sudah terbukti jauh lebih mudah menular, sehingga kalau bergabung dengan mutasi E484K maka tentu akan menimbulkan masalah cukup besar bagi penularan Covid-19 di masyarakat," tuturnya.
Menurutnya, mutasi E484K nampaknya akan memperpendek masa kerja antibodi netralisasi di dalam tubuh.
"Dengan kata lain, orang akan jadi lebih mudah terinfeksi ulang sesudah dia sembuh dari sakit Covid-19," tutur Tjandra.
Kalau mutasi E484K, mutasi lain, dan/atau varian baru lainnya dapat membuat vaksin tidak efektif, maka para pakar dan produsen vaksin bisa memodifikasi vaksin yang ada sehingga akan tetap efektif dalam pengendalian Covid-19.***