PR DEPOK – Aktivis gerakan koperasi dan pemberdayaan ekonomi rakyat, Ferry Koto menyayangkan penggabungan Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Pasalnya, menurut Ferry Koto, Mendikbud Nadiem Makarim kerap tidak memiliki arah yang jelas dalam membuat kebijakan terkait sekolah dan pendidikan.
Terlebih bila ditambah mengurus riset nasional, lanjut dia, maka akan semakin tidak karuan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan berikutnya.
Pendapat tersebut disampaikan Ferry Koto melalui akun Twitter pribadinya @ferrykoto pada Senin, 12 April 2021.
“Mas Menteri Nadiem mengurus pemerataan sekolah dan kualitas sekolah sbg bagian dukungan kebijakan zonasi, ndak jelas arahnya. Apalagi ditambah peta jalan riset nasional. makin ndak karuan nanti. Pendidikan untuk cobba2 ya wassalam,” kata Ferry Koto.
Diketahui, Rapat Paripurna yang digelar pada Jumat, 9 April telah menyetujui Surat Presiden Nomor R-14/Pre/03/2021 perihal Pertimbangan Pengubahan Kementerian yang telah terlebih dahulu dibahas dalam Rapat Konsultasi Pengganti Badan Musyawarah DPR pada 8 April 2021.
Baca Juga: Real Betis VS Atletico Madrid, Yannick Carrasco Kembalikan Puncak Klasemen Liga Spanyol
Salah satu hasilnya adalah menyepakati penggabungan riset dan teknologi ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga menjadi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Riset Teknologi.
Selain itu, disepakati juga pembentukan Kementerian Investasi.
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro mengatakan sempat mengusulkan agar kementeriannya kembali menjadi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
"Waktu akhirnya diputuskan dipisah, saya terus terang sebagai pertanggungjawaban terhadap komunitas peneliti perekayasa yang ada di sini, saya sudah mengusulkan kalau dipisah, BRIN terpisah sebagai badan. Kementerian kalau bisa kembali Ristekdikti," kata Bambang seperti dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara.
Alasan Bambang mengusulkan itu, karena riset dan perguruan tinggi adalah sebuah kombinasi yang baik, dimana riset merupakan salah satu komponen penting di perguruan tinggi.
Tapi rupanya, kata Bambang, usulannya bukan yang diambil dan akhirnya riset digabung ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Secara pribadi saya juga merasa tidak enak, sedih, karena boleh dibilang saya menjadi Menristek terakhir. Karena ristek tidak lagi sebagai kementerian yang berdiri sendiri," kata Bambang.
Dia mengaku belum mengetahui detail penggabungan tersebut dan mengenai format terbaru dari BRIN.
"Ada versi yang menginginkan semua dilebur ke dalam BRIN. Ini yang tentunya kita masih harus menunggu bagaimana nantinya perkembangan," ujarnya.***