PR DEPOK – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Ali Mochtar Ngabalin memberikan pernyataan keras baru-baru ini.
Pernyataan tersebut ia sampaikan kepada Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Asrul Sani dan Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera, Mardani Ali Sera.
Diketahui, hal itu terkait wacana adanya reshuffle kabinet oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang belum lama ini diungkapkan oleh Ngabalin.
Sebelumnya, Asrul Sani mengatakan bahwa Ngabalin terlalu mendramatisir soal reshuffle tersebut.
“PPP meminta, termasuk yang di lingkaran Istana seperti Bung Ngabalin, jangan malah mendramatisir soal reshuffle tersebut, termasuk soal waktunya,” ujar Asrul Sani.
Ia pun meminta Ngabalin untuk memandang wacana reshuffle ini layaknya sebuah pergantian pemain sepak bola yang tidak dapat diduga-duga.
“Mari kita lihat saja reshuffle ini seperti pergantian pemain bola dalam satu pertandingan,” tuturnya menambahkan.
Sementara di sisi lain, Mardani Ali mendesak Istana untuk melakukan reshuffle dengan menggunakan data yang akurat dan adil.
Mardani Ali juga meminta pihak Istana untuk tidak menerapkan ‘Politik Dagang Sapi’ lantaran Jokowi sudah memasuki periode keduanya.
Sebagai informasi, istilah ‘Politik Dagang Sapi’ selama ini erat dikaitkan dengan praktik bagi-bagi jatah jabatan di dalam birokrasi.
“Dasar reshuffle hendaknya berbasis data akurat dan adil, jangan ‘Politik Dagang Sapi’ lagi, ini sudah periode kedua,” ucap Mardani Ali.
Menanggapi hal itu, Ngabalin menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak mendramatisir, bersandiwara, dan membuat skenario atas isu reshuffle tersebut.
“Saya percaya bahwa ustaz Asrul Sani tidak menyebutkan (istilah) dramatisir. Karena yang saya kemukakan itu sama sekali bukan sebuah skenario, dramatisir, atau sandiwara,” ujarnya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari kanal YouTube tvOneNews.
Pasalnya, menurut Ngabalin, hal tersebut adalah sebuah fakta yang mau tidak mau harus dijelaskan kepada publik.
“Jujur, saya harus kasih tahu bahwa itu bukan sebuah skenario. Dan saya tahu bahwa ustaz Asrul Sani tidak ngomong seperti itu,” tutur Ngabalin.
Di samping itu, pria berusia 52 tahun ini lantas menyemprot Mardani Ali yang menuding Istana melakukan ‘Politik Dagang Sapi’.
Ngabalin menilai, jika masih ada seorang politisi yang mengatakan istilah tersebut, dirinya meminta Mardani Ali untuk berhenti dari dunia politik.
“Kalau politisi masih menyebutkan ‘politik dagang sapi’, berhenti. Berhenti dari politik. Karena politik itu tidak pernah salah, dan tidak pernah gagal."
“Pantang bagi seorang politisi mengemukakan ada ‘politik dagang sapi’. Itu sebuah statement yang sesungguhnya membodohi publik,” ujar Ngabalin tegas.***