PR DEPOK - Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal), Laksamana TNI Yudo Margono menyebut KRI Nanggala-402 tenggelam bukan akibat human error atau kesalahan manusia.
Dia menilai bahwa peristiwa yang terjadi pada KRI Nanggala-402 tersebut terjadi lebih pada karena faktor alam.
"Saya berkeyakinan ini (tenggelamnya KRI Nanggala) bukan karena 'human error' tapi lebih pada faktor alam," kata Kasal Laksamana TNI Yudo Margono dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Minggu, 25 April 2021.
Selain itu ia mengatakan terkait proses investigasi akan dilakukan setelah proses pengangkatan KRI Nanggala-402 rampung.
Dia pun menegaskan bahwa kapal ini tenggelam bukan akibat human error karena dinilainya saat proses menyelam sudah melalui prosedur yang benar.
"Kapal ini bukan karena human error. Karena saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang betul. Jadi mulai laporan pengalaman, kemudian terdengar dari penjejak kemarin itu sudah melaksanakan peran-peran, peran persiapan kapal bertempur, kemudian peran menyelam dan sebagainya," ujarnya.
Apalagi, menurutnya, saat menyelam diketahui lampu KRI Nanggala-402 masih menyala semua. Jadi, ini tidak berarti terjadi blackout.
Meski demikian, saat menyelam diakuinya kontak dari kapal langsung hilang yang akan diinvestigasi penyebabnya.
Yudo mengungkapkan KRI Nanggala-402 sudah melakukan overhaul di Korea pada 2012. Hal ini setelah perbaikan berlangsung di Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa KRI Nanggala-402 juga memperoleh pemeliharaan menengah hingga pemeriksaan rutin.
Baca Juga: Cara Daftar BPUM BLT UMKM Rp1,2 Juta, Hanya Bawa Persyaratan Ini Dana Bantuannya Bisa Langsung Cair
Sebelumnya, kata dia, kapal ini sempat berlayar dan latihan pada 12 April 2021 melaksanakan latihan penembakan torpedo.
"Sehingga sudah dinyatakan bahwa kapal ini layak untuk melaksanakan berlayar dan bertempur sehingga kami proyeksikan untuk melaksanakan latihan penembakan torpedo kepala latihan maupun kepala perang," tuturnya.
Yudo mengutarakan KRI Nanggala-402 ditemukan pada kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut dalam. Hal ini berlokasi di perairan Bali bagian utara pada Minggu, 25 April 2021 pukul 09.04 WITA.
"Pada 09.04 WITA ROV dari MV Swift Rescue dari Singapura mendapat kontak visual pada posisi 07 derajat 48 menit 56 detik selatan dan dan 114 derajat 51 menit 20 detik timur yaitu yang tempatnya dari datum satu, tempat tenggelamnya KRI berjarak 1.500 yard ke selatan pada kedalaman 838 meter terdapat bagian-bagian dari KRI Nanggala," ujarnya.
Yudo menjelaskan bahwa KRI Rigel melaksanakan multibeam echosounder pada Minggu, 25 April 2021 pukul 01.00 WITA di sekitar posisi datum (KRI Nanggala-402 tenggelam kali pertama).
Namun, ini tidak bisa dilakukan KRI Rigel lantaran ROV yang dipunyainya hanya bisa mencapai 800 meter. Jadi, tugas ini diserahkan kepada MV Swift Rescue dari Singapura.
MV Swift Rescue menindaklanjuti kontak bawah air laut dari KRI Rigel pada 07.37 WITA. Kemudian, ROV Singapura memperoleh kontak visual pada pukul 09.04 WITA.
Kontak visual berada di posisi 07 derajat 48 menit 56 detik selatan dan dan 114 derajat 51 menit 20 detik timur. Tempat ini dari datum satu tadi tempat KRI Nanggala-402 tenggelam berjarak 1.500 yard ke selatan pada kedalaman 838 meter.
"Di sana KRI Nanggala menjadi terbelah menjadi tiga bagian, ini adalah pakaian escape suit MK11 yang tadi diambil oleh ROV MW Swift Rescue sempat keluar dan dijepit. Badan kapal memang tidak terlalu terang, bagian belakang yang tidak berbadan tekan. Selanjutnya kemudi horizontal dan kemudi vertikal," ucapnya.
Yudo mengungkapkan badan KRI Nanggala-402 ditemukan bagian buritan dari kapal yang lepas dari badan utama yang berbadan tekan. Selanjutnya, kemudi vertikal dan horizontal, bagian haluan yang lepas.
"Ada bagian-bagian yang terbuka dan berserakan, dan tidak terlalu jelas karena posisi di dalam laut. Ada bagian belakang dan depan di luar badan tekan yang lepas. Yang masih utuh terjadi keretakan karena kedalamannya yang sangat dalam jadi mengecil. Ada sedikit gambaran yang lepas ,seperti jangkar dan sebagainya," tuturnya.***