Utang yang melonjak naik ini dikabarkan lantaran pendapatan perusahaan tersebut tidak bisa menutupi pengeluaran, sehingga utang diperkirakan akan terus bertambah.
Bahkan, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, kabarnya menawarkan pensiun dini kepada para karyawannya.
Baca Juga: Guspardi Gaus Sarankan KPU Membuat Skenario Opsional Terkait Jadwal Pemilu 2024
Sementara itu, pernyataan yang cukup menarik perhatian publik datang dari Komisaris Independen Garuda Indonesia, Yenny Wahid.
Ia mengatakan bahwa utang perusahaan tersebut sudah mencapai Rp20 triliun saat ia masuk pertama kali pada tahun 2020.
"Doakan ya. Waktu saya masuk, hutang Garuda sudah lebih dari 20 triliun, lalu kena pandemi, setiap terbang pasti rugi besar," ujar Yenni Wahid dalam keterangan tertulis di akun Twitter pribadinya @yennywahid.
Tak hanya itu, sang komisaris independen itu juga mengatakan bahwa pihaknya harus dilanda kerugian lantaran menerapkan social distancing selama masa pandemi.
"Demi penumpang, kami terapkan social distancing meskipun biaya kami jadi 2 kali lipat dengan revenue turun 90 persen. Sudah jatuh tertimpa tangga," katanya menambahkan.
Lebih lanjut, Yenny Wahid menuturkan bahwa permasalahan Garuda Indonesia saat ini adalah permasalahan yang besar.