PR DEPOK - Mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, memuji keputusan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, menutup sekolah yang siswanya terlibat perusakan belasan makam non muslim.
Ferdinand Hutahaean menyoroti kebijakan Gibran yang menutup sekolah lantaran siswanya terlibat dalam perusakan makam non muslim di Solo.
Menurut Ferdinand Hutahaean, sudah seharusnya seorang pemimpin mengambil seperti yang dilakukan oleh Gibran dengan menutup sekolah.
Baca Juga: Sinopsis Film Dead Man Down: Aksi Balas Dendam Colin Farrell Atas Kematian Keluarganya
Ia menuturkan, sudah sepatutnya seorang pemimpin tidak takut terhadap kekuatan radikal.
"Top..!! Jadi pemimpin harus begini, tidak boleh takut pada kekuatan radikal. Lindungi bangsamu dengan berani..!" ujarnya, dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari cuitan di akun Twitter pribadinya @FerdinandHaean3.
Tak cukup dengan memuji Gibran, mantan kader Partai Demokrat itu lantas membandingkan putra sulung Jokowi itu dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Baca Juga: Sinopsis Film The Expendables 2: Aksi Sekelompok Tim untuk Menyelamatkan Perbudakan di Rusia
Ia mewanti-wanti agar tak ada pemimpin yang meniru Anies karena ia tak memiliki keberanian.
Bahkan, lanjut Ferdinand, sang gubernur sama sekali tidak berani untuk sekedar mengeluarkan surat edaran yang melarang ASN Pemprov DKI Jakarta untuk terlibat ormas radikal.
"Jangan tiru Jakarta yang Gubernurnya tak berani sekedar keluarkan Surat Edaran larangan ASN Pemprov DKI Terlibat ormas radikal..! Sekutu..!" tuturnya menambahkan.
Baca Juga: Keberatan Komnas HAM Panggil BIN Soal TWK, Pengamat: Konfirmasi Saja ke BKN
Untuk diketahui, sebelumnya Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, dibuat geram dengan aksi perusakan belasan makam non muslim di TPU Cemoro Kembar.
Gibran kesal dan menganggap bahwa tindakan perusakan makam umat Nasrani tersebut sangat kurang ajar.
Ia lantas mengancam akan memproses kejadian ini melalui jalur hukum dengan menuntut guru yang melibatkan murid sekolah untuk merusak makam.
Selain itu, Gibran pun menutup sekolah yang dinilainya sudah tidak benar dan ngawur.
Sementara itu, para murid yang terlibat dalam perusakan makam tersebut akan mendapatkan pembinaan dan tidak akan diproses secara hukum.
Pasalnya, anak-anak tersebut masih di bawah umur sehingga diputuskan untuk dibina.
Kabarnya sejumlah 12 anak di bawah umur terlibat dalam aksi perusakan makam non muslim tersebut pada 16 Juni 2021.
Aksi perusakan itu kabarnya dilakukan pada sore hari, yakni sekira pukul 15.00 waktu setempat.***