Pakar Beberkan 3 Faktor Penyebab Tingginya Penyebaran Covid-19 Varian Delta di Indonesia

- 25 Juni 2021, 21:21 WIB
Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. /Asprilla Dwi Adha/Antara

PR DEPOK – Tingginya tingkat penyebaran Covid-19 varian Delta di Indonesia ternyata diakibatkan oleh sejumlah faktor.

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara pada Jumat, 25 Juni 2021, anggota tim pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Penanganan Covid-19 Hidayatullah Muttaqin SE, MSI, Pg.D menyebutkan ada 3 faktor penyebab tingginya penyebaran Covid-19 varian Delta.

3 faktor penyebab tingginya penyebaran Covid-19 varian Delta dari India atau yang dikenal dengan B.1.617.2 di Indonesia antara lain:

Baca Juga: Soal TWK KPK dan Vonis Banding Jaksa Pinangki Dinilai Geser Isu Ekonomi, Syahrial Nasution: yang Sehat BuzzeRP

Pertama, tingginya mobilitas penduduk.

Kedua, lemahnya testing dan tracing.

Ketiga, menurunnya penerapan protokol kesehatan.

Menurut Taqin, perkembangan pandemi di Indonesia semakin mengkhawatirkan.

Baca Juga: Tak Biasa, Seekor Kambing di Mesir Terlahir dengan Kepala yang Menyerupai Monyet

Tercatat hingga sepekan terakhir kasus konfirmasi Covid-19 melonjak di level 12.000 hingga 15.000 penduduk yang terinfeksi, bahkan pada Kamis 24 Juni 2021 jumlahnya sudah menyentuh 20.000 kasus harian.

Maka dari itu, ia menilai  bahwa penurunan kasus sebelumnya bukan suatu keberhasilan, lantaran testing dan tracing sebenarnya yang menurun.

"Saya cenderung melihat penurunan kasus sejak Maret lalu bukan karena keberhasilan PPKM Mikro, melainkan akibat turunnya testing dan tracing. Indikasinya terlihat semakin rendahnya angka testing dengan PCR hingga setengah dari jumlah testing di bulan Januari dan Februari," ujarnya.

Baca Juga: Gitaris The Changcuters Dipanggil KPK Terkait Korupsi Bansos Covid-19 Bandung Barat

Menurutnya, sejak Maret hingga Mei, penurunan kasus berhenti di kisaran 4.000 sampai 5.000 kasus per hari dari sebelumnya 9.000 sampai 10.000 kasus per hari pada Januari dan Februari.

Tingkat penurunan tersebut sesuai dengan level penurunan tes PCR, yaitu dari sekitar 40 ribuan orang menjalani tes PCR tiap harinya menjadi hanya sekitar 20.000-an orang per hari.

Maka dari itu, menurut Hidayatullah Muttaqin yang terjadi justru penurunan semu yang berbahaya karena membuat penanganan pandemi melemah.

Sedangkan kegiatan ekonomi semakin dilonggarkan, dan laju mobilitas penduduk meningkat, serta masyarakat semakin terdorong untuk mengabaikan protokol kesehatan.

Ketika Covid-19 varian Delta menyebar, kondisi semakin parah dengan daya transmisi virus 30 sampai 100 persen lebih tinggi dan dua kali lebih besar risikonya untuk dirawat di rumah sakit dibanding varian Alpha dari Inggris (B.1.1.7).

Baca Juga: Kubu KLB Demokrat Gugat Menkumham, Herzaky: Moeldoko Tunjukkan Ketidakkompakan antara Para Pembantu Presiden

Melihat kenyataan demikian, Hidayatullah Muttaqin berharap pemerintah sigap mengambil strategi mitigasi penularan yang lebih besar.

Bila perlu ditetapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara total di pulau Jawa dan pembatasan ketat di luar Jawa.

Kunci menghentikan proses replikasi Covid-19 adalah menghentikan sementara mobilitas penduduk, testing dan tracing secepat dan sebanyak-banyaknya, serta menerapkan prokes yang ketat baik di wilayah zona merah, maupun daerah yang masih rendah tingkat penularannya.

Baca Juga: Catat! Daftar Lokasi Vaksinasi Covid-19 Gratis di Depok, Simak Alur Pendaftarannya

"Pada saat bersamaan proses vaksinasi terus dipercepat untuk mewujudkan kekebalan komunal di tengah masyarakat," ujarnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x