PR DEPOK – Ketua Badan Kerjasa Sama Antar Parlemen Dewan Perwakilan Rakyar Republik Indonesia (BKSAP DPR RI) Fadli Zon belum lama ini turut meyoroti pernyataan salah satu pejabat pemerintah.
Politisi Partai Gerindra itu mengomentari pernyataan yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD terkait cerita haru yang dibagikan beberapa waktu lalu.
Fadli Zon menilai Mahfud MD seharusnya menyampaikan permohonan maafnya terhadap yang terjadi tersebut/
Penilaiannya itu disampaikan Fadli Zon melalui akun Instagram pribadinya @fadlizon pada 26 Juli 2021.
“Harusnya katakan ‘Mohon maaf terjadi,” kata Fadli sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com.
Dia juga mengatakan bahwa cuitan yang dibagikan Mahfud MD itu seperti reaksi seseorang yang bukan merupakan pengambil keputusan atau pemerintah.
“Tweet seperti ini macam reaksi orang di luar pengambil keputusan atau pemerintah,” tuturnya.
Baca Juga: Kembali Perpanjang PPKM hingga 2 Agustus 2021, Jokowi Terapkan Beberapa Ketentuan Baru
Fadli Zon menuturkan bahwa yang disampaikan oleh Mahfud MD tersebut semakin menunjukkan bahwa pemerintah tidak bisa berbuat apapun.
“Malah mempertegas bahwa pemerintah tak bisa berbuat apa-apa atas kejadian itu,” katanya.
Menurutnya, yang disampaikan Mahfud MD seolah seperti menyuruh rakyat untuk menyelematkan diri masing-masing.
“Rakyat seperti disuruh selamatkan diri masing-masing,” ujarnya.
Fadli Zon berujar bahwa Mahfud MD semestinya tidak mendramatisir layaknya sinetron Ikatan Cinta.
“Tak perlu didramatisir seperti sinetron Ikatan Cinta,” ujar Fadli.
Untuk diketahui, Menkopolhukam itu mengunggah cuitan melalui akun Twitter pribadinya @mohmahfudmd yang berisi tentang cerita soal orang kaya yang meninggal saat masih menunggu antrean penanganan.
Dia juga membagikan kisah seorang profesor kedokteran yang juga meninggal dunia karena terpapar Covid-19.
Pada kisah yang dibagikan Mahfud MD itu, sang profesor sebelum meninggal memberikan kesempatan kepada juniornya untuk menggunakan satu-satunya oksigen yang tersisa. Kisah itu kemudian disebut Mahfud MD sebagai cerita haru.***