Rakyat Tunisia Turun ke Jalan Serukan Protes terhadap Penangguhan Kekuasaan Presiden Kais Saied

- 15 November 2021, 16:45 WIB
Demonstran membawa bendera dan papan selama unjuk rasa terhadap perebutan kekuasaan pemerintahan Presiden Tunisia Kais Saied, di depan parlemen.
Demonstran membawa bendera dan papan selama unjuk rasa terhadap perebutan kekuasaan pemerintahan Presiden Tunisia Kais Saied, di depan parlemen. /Zoubeir Souissi/Reuters

PR DEPOK - Polisi Tunisia bentrok dengan pengunjuk rasa di dekat ruang parlemen yang ditangguhkan ketika para demonstran berbaris menentang perebutan kekuasaan politik oleh Presiden Kais Saied empat bulan lalu.

Ratusan polisi telah memblokir daerah yang menjadi titik kumpul ribuan pengunjuk rasa Minggu kemarin untuk menuntut Saied memulihkan parlemen dan pemerintahan demokratis yang normal.

Oposisi yang semakin vokal, bersama dengan krisis keuangan publik yang menjulang, dapat menjadi ujian baru untuk Saied dan pemerintah barunya mengatasi ancaman terhadap otoritas mereka.

Baca Juga: Susi Pudjiastuti ‘Diserang’ Dijuluki Mantan Sakit Hati dan Kadrun, Said Didu: Sepertinya Arahan Kakak Pembina

"Kebebasan! Akhiri negara polisi!” teriak para pengunjuk rasa saat mereka merobohkan penghalang yang menghalangi jalan menuju gedung parlemen di istana Bardo di ibu kota, yang menyebabkan bentrokan.

"Kami berada di bawah pemerintahan satu orang sejak 25 Juli. Kami akan tinggal di sini sampai mereka membuka jalan dan mengakhiri pengepungan," ujar Jawher Ben Mbarek, seorang pemimpin protes, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Al Jazeera pada Senin, 15 November 2021.

Diketahui, Saied merebut hampir semua kekuasaan pada Juli, menangguhkan parlemen dan membubarkan pemerintah dalam sebuah langkah yang disebut para pengkritiknya kudeta.

Baca Juga: 4 Puisi Hari Guru Nasional 25 November 2021, Penuh Makna dan Menyentuh, Ada dari Chairil Anwar

Memang, Saied menangguhkan parlemen dengan maksud ingin mengangkat perdana menteri baru Tunisia dan mengumumkan bahwa dia bisa memerintah dengan dekrit.

Presiden Tunisia itu mengatakan tindakannya diperlukan untuk mengakhiri kelumpuhan pemerintah setelah bertahun-tahun pertikaian politik dan stagnasi ekonomi.

Saied juga telah berjanji untuk menegakkan hak dan kebebasan yang dimenangkan dalam revolusi 2011 yang membawa demokrasi.

Baca Juga: Kapolda Jawa Tengah Konfirmasi Penyebab Kebakaran Kilang Pertamina di Cilacap: Karena Induksi

Namun, beberapa politisi terkemuka telah ditangkap dan ratusan menghadapi larangan bepergian, sementara mantan presiden yang tinggal di luar Tunisia, Moncef Marzouki, menghadapi tuntutan atas serangan verbalnya terhadap Saied.

Menurut laporan lapangan, polisi telah "sepenuhnya memblokir" area di sekitar gedung dan telah mendirikan pos pemeriksaan.

Sementara demonstran yang menghadiri protes anti-pemerintah biasanya diidentifikasi sebagai pendukung partai Ennahdha, yang merupakan partai terbesar di parlemen yang sekarang ditangguhkan.

Protes Minggu kemarin itu menyusul bentrokan pekan lalu antara polisi dan pengunjuk rasa di kota selatan Agareb di mana satu orang tewas.

"Tunisia sekarang terisolasi secara internasional dengan penutupan parlemen dan kudeta,"

"Kami ingin memulihkan demokrasi," ujar Abderrouf Betbaib, mantan penasihat Saied yang berada di garis depan protes.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah