Heboh Guru Pesantren Lakukan Pemerkosaan ke Santri, Roy Murtadho Beri Pandangan Begini

- 12 Desember 2021, 09:33 WIB
Akademisi Pesantren Ekologi Misykat al-Anwar Bogor, Roy Murtadho.
Akademisi Pesantren Ekologi Misykat al-Anwar Bogor, Roy Murtadho. /Twitter.com/@MurtadhoRoy.

PR DEPOK – Akademisi Pesantren Ekologi Misykat al-Anwar Bogor, Roy Murtadho kembali menyoroti kasus pemerkosaan seorang guru pesantren terhadap para santrinya.

Ramai diberitakan, ada seorang guru pesantren sekaligus pimpinan di salah satu Pondok Pesantren di Kota Bandung yang telah melakukan pemerkosaan kepada 12 santri.

Kasus pemerkosaan tersebut diketahui terhitung sejak 2016, hingga baru terungkap pada akhir 2021 ini.

Baca Juga: Nathalie Holscher Melahirkan Putra Pertama dengan Sule, Ini Potret Anak Mereka yang Baru Lahir?

Melalui cuitan di akun Twitter-nya, @MurtadhoRoy, Roy Murtadho menjabarkan pendapatnya terkait kasus pemerkosaan yang baru-baru ini terjadi.

Pertanyaan sederhana: knp selalu rumit untuk membongkar kasus semacam ini?” katanya seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Minggu, 12 Desember 2021.

Ia menilai, seharusnya jumlah korban yang berjatuhan tidak sebanyak ini jika pendidikan kritis sejak awal diajarkan ke anak-anak.

Misal, mereka bisa berani menggugat apapun yg tdk logis,” ujar Roy Murtadho.

Cuitan Akademisi Pesantren Roy Murtadho.
Cuitan Akademisi Pesantren Roy Murtadho. Tangkap layar Twitter.com/@MurtadhoRoy.

Baca Juga: Ramalan Denny Darko Soal Potensi Tsunami Setinggi 20 Meter hingga Gempa 7-9 SR Ancam Pulau Jawa, Benarkah?

Kasus-kasus semacam itu, kata dia, dengan jumlah korban yang demikian banyak kerap terjadi di institusi-institusi keagamaan.

Karena menurutnya, tendensi lembaga-lembaga agama tersebut mengajarkan ketaatan buta, wajib patuh, serta tidak boleh membantah meski sebenarnya ada hal yang salah.

Harus, nggak bisa nggak, sami’an wa tha’atan,” kata dia menjelaskan.

Menurut dia lagi, pendidikan semacam itu mengandung masalah lantaran anak-anak tak dibekali dengan perisai atau mekanisme pertahanan diri dari ancaman.

Baca Juga: Susun Perjanjian Pranikah dengan Sabrina Chairunnisa, Deddy Corbuzier: Gue Nggak Mau Nikah Terus Cerai

Apa itu perisainya? Logika dan etika. Apa yg nggak logis (nggak lurus dlm pikiran) & nggak lurus dlm tindakan haris ditolak,” ucapnya.

Apalagi kalo sdh pakai kedok agama, pelecehan dan kekerasan yg berlangsung menjadi rumit untuk dibicarakan,” lanjut dia lagi.

Sebab, jelas dia, ada anggapan bahwa ucapan ulama atau ustaz secara otomatis benar dan tidak boleh dibantah.

Ia pun mengatakan, hal itulah yang harus dibongkar dalam kesadaran beragama masyarakat.

Baca Juga: Rachel Vennya Tak Dipenjara karena Bersikap Sopan, Yunarto Wijaya Beri Sindiran Keras

Roy Murtadho melanjutkan, apabila seorang ulama atau ustaz terbukti mengajarkan yang benar, bertindak benar, dan bersikap konsisten dalam jalan tersebut, maka boleh diikuti.

Kalo tdk, ya tdk harus diikuti. Jadi taat pada guru itu bersyarat. Kalo taat pada Allah & Rasulnya, ya kita ikuti. Kalo enggak, ya kita kritik/lawan,” ucapnya.

Lebih jauh, ia menilai keberagamaan di Indonesia memang tidak mendorong terjadinya transformasi sosial. Sebaliknya, lanjut dia, justru menghambat.

Msh mengandaikan adanya entitas yg suprahistori, nggak bisa salah. Cara mikir begini ini, bengkok dan berbahaya,” kata dia.

Baca Juga: Soal Tawaran Jokowi Bakal Berikan Lahan Terlantar, Christ Wamea: Bapak ini Tuan Tanah Sekarang

Maka dari itu, gagasan kesetaraan gender, berpikir kritis, dan mempertanyakan gejala-gejala sosial di sekitar harus diajarkan ke anak-anak pesantren atau siswa-siswa di sekolah.

Sekali lagi, kalo sj anak2 itu sejak awal dibekali perangkat berpikir kritis mereka akan sadar ada yg tdk beres,” jelasnya.

Tak kalah penting, menurutnya, jika hendak menitipkan anak ke pesantren, alangkah baiknya pihak orang tua mengecek terlebih dulu sanad keilmuan dan integritas moral para ustaznya.

Apakah dari sanad ulama yg jelas, atau tdk dst. Kalo meragukan, lebih baik anak tdk dilepas di pesantren atau sekolah berasrama,” tutur Roy Murtadho.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: Twitter @MurtadhoRoy


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah