Namun kini media sosial disebut Mardani Ali menjadi tempat ‘perang’ mengenai informasi yang tidak valid, tidak berbasis data.
“Tp saat ini, ketika buzzer2 diproduksi bahkan dibiayai, maka sosmed jd tmpt ‘perang’. Perang informasi yg tdk valid, yg tdk berbasis data tp pakai emosi,” katanya.
Mardani Ali juga menyayangkan regulasi UU ITE yang justru menyasar lebih banyak pada mereka yang kritis dan oposisi.
“Dan sayangnya, regulasi dgn UU ITE justru lbh byk menyasar mereka kritis & oposisi. Sehingga sebagian dianggap ‘tdk tersentuh’,” jelasnya.
Akademisi Universitas Mercu Buana ini kemudian menyebut bahwa pada akhirnya terjadi perang dingin dan tersembunyi antara 2 kubu.
Padahal jika regulasi berjalan baik dan penegakan hukumnya jujur, adil, dan transparan, media sosial disebut Mardani Ali bisa meningkatkan kualitas demokrasi.
Baca Juga: Kasus Probable Varian Omicron Bertambah Jadi 11 Orang, Kemenkes Beberkan asal Mula Virusnya