PR DEPOK – Warga Desa Wadas, Jawa Tengah, yang menolak untuk melepas kepemilikan tanah guna pertambangan andesit dikabarkan masih menerima intimidasi aparat polisi.
Warga Desa Wadas yang masih merasakan intimidasi itu terjadi dua hari setelah penangkapan massal yang dilakukan aparat kepolisian.
Sejumlah warga Desa Wadas pun memutuskan untuk mengungsi keluar desa demi menghindari intimidasi dan paksaan aparat polisi.
Kabar itu pun lantas mendapat berbagai sorotan publik dan beragam komentar, salah satunya dari ekonom senior, Faisal Basri.
"Kepada siapa lagi rakyat meminta perlindungan?" ucap Faisal Basri, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com pada Sabtu, 12 Februari 2022.
Untuk diketahui, kondisi Desa Wadas hingga saat ini masih belum sepenuhnya tenang dan kondusif.
Walaupun pihak kepolisian telah melepas 67 penolak proyek pertambangan, sebagian besar warga Wadas mengaku belum merasa aman.
Baca Juga: Aleix Espargaro Murka dengan Kondisi Sirkuit Mandalika, Ancam Tak Ingin Membalap di Indonesia
Pihak aparat, baik yang berseragam maupun tidak, saat ini dikabarkan masih bersiaga di Desa Wadas.
Situasi yang dikabarkan itu berbanding terbalik dengan klaim Juru Bicara Polda Jawa Tengah, Kombes Iqbal Alqudusy.
Jubir Polda Jawa Tengah mengungkapkan bahwa situasi terkahir di Desa Wadas sudah berangsur kondusif.
Menurut keterangannya, pihaknya masih mendampingi pegawai Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jawa Tengah yang mengukur ratusan bidang tanah di Wadas.
Lahan yang diukur itu, jelas dia, dimiliki warga Wadas yang tidak keberatan atas proses ganti kerugian terkait pengadaan tanah galian untuk proyek bendungan.***