Dukung Penuh Ukraina Hadapi Rusia, Pemberontak Suriah Sebut Musuh Mereka Sama

- 16 Maret 2022, 11:30 WIB
Kendaraan militer terlihat di pinggiran Kota Donetsk yang dikuasai separatis usai Rusia melakukan invasi. Pemberontak Suriah mendukung penuh Ukraina atas invasi Moskow.
Kendaraan militer terlihat di pinggiran Kota Donetsk yang dikuasai separatis usai Rusia melakukan invasi. Pemberontak Suriah mendukung penuh Ukraina atas invasi Moskow. /Alexander Ermochenko/Reuters

PR DEPOK – Invasi Rusia ke Ukraina mendapat kecaman dari para pemberontak Idlib di Suriah.

Ribuan pengunjuk rasa di daerah pemberontak Idlib dikabarkan telah menandai 11 tahun sejak dimulainya pemberontakan anti-pemerintah Suriah didukung oleh protes global atas invasi Rusia ke Ukraina.

Pemberontak Idlib dalam demonstrasinya berharap invasi Rusia di Ukraina yang didukung Pemerintah Suriah akan menghidupkan kembali minat mereka.

Baca Juga: Rizal Ramli: Camping di IKN udah Selesai, tapi Antre Minyak Goreng Masih Berlanjut

Lebih dari 5.000 orang berkumpul di alun-alun utama pada Selasa dalam salah satu aksi unjuk rasa terbesar di wilayah itu dalam beberapa bulan.

“Apa yang terjadi di Ukraina hari ini mirip dengan situasi di sini; musuhnya sama dan tujuannya sama,” kata seorang pengunjuk rasa, Radwan Atrash seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari The Guardian.

Beberapa bendera Ukraina terlihat dalam protes Idlib, begitu pula spanduk yang mengekspresikan solidaritas dengan rakyat Ukraina dan menuntut tindakan terhadap Vladimir Putin.

Baca Juga: 13 Orang Masuk Daftar Khusus Rusia, Termasuk di antaranya Joe Biden dan Kepala CIA atas Sanksi Invasi Ukraina

Ali Hamoush, seorang petugas medis Idlib yang berada di antara para pengunjuk rasa, memiliki beberapa saran untuk rekan-rekannya di Ukraina.

“Perkuat rumah sakit Anda dengan balok semen. Musuh Vladimir Putin tidak membedakan antara warga sipil, orang yang terluka dan pejuang,” katanya.

Pemberontak Suriah menyebutkan, Suriah senasib dengan Ukraina dan menyerukan persatuan untuk mendukung Ukraina setelah bertahun-tahun ditekan Rusia.

Baca Juga: Polisi Depok Temukan Minyak Goreng di-Repackaging dan Dijual Rp14.000 per Liter, Said Didu: Apanya yang Salah?

Ketika konflik berlarut-larut, kelompok-kelompok hak asasi manusia telah memohon kepada masyarakat internasional untuk tidak melupakan Suriah.

“Sementara kita melihat dengan kaget dan ngeri pada apa yang sedang terjadi di Ukraina, kita diingatkan akan penderitaan yang intens dan memburuk yang telah dialami penduduk Suriah” 

“Salah satu tragedi kemanusiaan terbesar di zaman kita telah memburuk selama setahun terakhir di bawah bayang-bayang krisis di tempat lain,” ujar Jan Egeland, Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia.

Baca Juga: Situasi Terkini Jelang Parade Pembalap MotoGP: Polisi Telah Bersiaga di Sekitar Bundaran HI

Ekonomi Suriah telah dihancurkan oleh konflik selama satu dekade dan sanksi yang melelahkan.

Dalam pernyataan bersama, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan AS menyoroti perilaku brutal dan destruktif Rusia dalam kedua konflik.

Pekan lalu, komisi penyelidikan PBB di Suriah menyerukan peninjauan kembali implementasi dan dampak sanksi yang saat ini dikenakan terhadap Suriah mengingat kondisi yang kian memburuk.

Baca Juga: Fuji Akui Belum Pantas Dipanggil Rich Aunty: Bukan Nggak Bersyukur Ya

Akan tetapi, kelima negara itu mengatakan mereka tidak mendukung upaya untuk menormalkan hubungan dengan rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad.

Peringatan pemberontakan 15 Maret ditandai dengan demonstrasi di Suriah utara yang dikuasai pemberontak.

Setelah pemberontakan 2011 meningkat menjadi perang saudara, kekuatan Assad, telah ditahan, tetapi Vladimir Putin melemparkan kekuatan militer Rusia ke belakang diktator.

Baca Juga: Parade Pembalap MotoGP di Jakarta, Ini Kehebohan Masyarakat yang Menonton Langsung

Akibatnya, setengah juta orang telah tewas dalam perang, sebagian besar dalam serangan oleh Pemerintah Suriah dan sekutu Rusia dan Irannya.

Sekitar empat juta orang, setidaknya setengah dari mereka mengungsi, sekarang tinggal di wilayah barat laut Suriah yang merupakan kantong terakhir yang memerangi pemerintahan Assad, meskipun telah bertahun-tahun melakukan serangan yang didukung Rusia.

Assad adalah salah satu dari sedikit kepala negara yang secara terbuka mendukung invasi Putin ke Ukraina.

Baca Juga: Polisi akan Panggil Beberapa Artis terkait Kasus Affiliator Binary Option Quotex Doni Salmanan

Rusia dalam invasi ke Ukraina dikabarkan telah merekrut ribuan pejuang di Suriah dari tentara reguler dan dari kelompok-kelompok milisi untuk disiagakan.

“Pesan saya kepada rakyat Ukraina adalah jangan menyerah. Sebelas tahun telah berlalu tetapi kami tidak gentar dan, insya Allah, kemenangan adalah milik kami,” kata seorang pengunjuk rasa, Salwa Abdelrahman (49).***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah