Bukan Cacar Monyet, Kemenkes Ungkap 9 Pasien justru Terbukti Idap Penyakit Lain

- 25 Juni 2022, 17:15 WIB
Ilustrasi - Kemenkes mengungkap 9 pasien yang awal diduga terjangkit cacar monyet justru terbukti mengidap penyakit lain.
Ilustrasi - Kemenkes mengungkap 9 pasien yang awal diduga terjangkit cacar monyet justru terbukti mengidap penyakit lain. /REUTERS/Dado Ruvic.

PR DEPOK - Baru-baru ini, pemerintah melalui Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril mengumumkan hasil diagnosa terhadap 9 pasien yang dicurigai tertular cacar monyet (Monkeypox) di Tanah Air.

Mohammad Syahril menuturkan, bahwa 9 pasien yang diduga tertular cacar monyet tersebut justru terbukti secara klinis mengidap penyakit lain.

Dari hasil pemeriksaan, kata Syahril, 7 pasien yang diduga tertular cacar monyet didiagnosa negatif PCR orthopoxviridae, 1 kasus menderita pemfigoid bulosa, dan 1 lainnya kasus varicella.

Baca Juga: Penemuan Bakteri Raksasa, Dinamai Thiomargarita Magnifica dan Miliki Panjang Capai 1 Sentimeter

"Rincian hasil pemeriksaan dari kasus yang dicurigai, sebanyak tujuh kasus terdiagnosa negatif PCR orthopoxviridae, satu kasus menderita pemfigoid bulosa, dan satu kasus varicella," katanya, sebagaiamna dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari PMJ News.

Sebagai informasi, Orthopoxviridae merupakan virus penyebab penyakit Monkeypox atau cacar monyet, pemfigoid bulosa adalah kejadian munculnya lepuhan berisi cairan di kulit yang terasa gatal, serta varicella yang merupakan cacar air.

Sejauh ini, sejumlah provinsi di Indonesia seperti Kalimantan Barat telah melaporkan satu kasus, Jawa Tengah satu kasus, Jawa Barat tiga kasus, dan DKI Jakarta empat kasus perkembangan Monkeypox atau cacar monyet.

Baca Juga: Perbedaan Money Heist Korea dan Versi Asli, Makna Topeng Menggambarkan Kritik

Kendati demikian, Syahril mengatakan jika wilayah yang melaporkan kasus cacar monyet tersebut belum ada satupun yang memenuhi kriteria suspek maupun probable.

"Sampai hari ini, beberapa wilayah telah melaporkan kasus yang dicurigai. Namun berdasarkan hasil penyelidikan lebih lanjut belum ada satupun yang memenuhi kriteria suspek maupun probable," kata dia menjelaskan.

Sebelumnya, Kemenkes mengatakan cacar monyet dapat bertransmisi melalui kontak erat dengan hewan, manusia atau benda yang terkontaminasi virus monkeypox.

"Penularan dapat melalui darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit atau cairan pada cacar. Kemudian droplet pernapasan," tutur Syahril.

Baca Juga: Chelsea Serius Rekrut Matthijs de Ligt dari Juventus, Nyerah Datangkan Jules Kounde?

Menurut Syahril, masa inkubasi cacar monyet biasanya 6 sampai 16 hari. Akan tetapi, dapat mencapai 5 sampai 21 hari.

Adapun fase awal gejala yang terjadi pada 1 sampai 3 hari jika terkena virus cacar monyet yakni demam tinggi, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.

Kemudian pada fase erupsi atau fase paling infeksius yakni terjadinya ruam atau lesi pada kulit yang biasanya dimulai dari wajah lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Secara bertahap, virus cacar monyet mulai tampak berawal dari bintik merah seperti cacar makulopapula, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, lalu mengeras atau keropeng kemudian rontok.

Baca Juga: Alasan Jokowi Kunjungi Rusia dan Ukraina Setelah Hadiri KTT G-7 di Jerman

"Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai periode lesi tersebut menghilang dan rontok," ujar dia lagi.

Lebih jauh, pihaknya menjelaskan jika cacar monyet disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highlipatogenik atau zoonosis.

Virus ini diketahui pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958 silam. Sementara untuk kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970 lalu.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah