PR DEPOK – Pemberontakan Partai Komunis Indonesia atau PKI berhasil digagalkan di bawah komando Panglima Kostrad Mayjen Soeharto.
Usai peristiwa G30S PKI terjadi, semua anggota dan simpatisan PKI diburu dan ditangkap.
Berbagai macam kelompok masyarakat juga turut menghancurkan markas PKI yang berada di sejumlah daerah.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Singkat Peristiwa G30S PKI
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) saat itu Mayjen Soeharto, berhasil menumpas pergerakan Partai Komunis Indonesia.
Sebelumnya, PKI berhasil menguasai stasiun Radio Republik Indonesia atau RRI dan mulai menyebarkan berbagai propagandanya.
Dalam propagandanya, PKI mengumumkan bahwa mereka melepaskan diri dari para jenderal dan memberi tahu kudeta ini tidak dapat dicegah.
Baca Juga: Bharada E Beberkan Motif Ferdy Sambo Membunuh Brigadir J di Hadapan LPSK
Mendengar hal tersebut, Mayjen Soeharto langsung memerintahkan pasukannya untuk mengepung stasiun RRI.
Dengan cepat, ia berhasil merebut kembali stasiun radio itu dan kemudian mengumumkan bahwa kudeta PKI ini gagal.
Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Gramedia, atas perintah Soekarno, Soeharto langsung bergerak dengan sigap.
Setelah itu, PKI dinyatakan sebagai penggerak kudeta dan kemudian para dalang yang ada di belakangnya diburu dan ditangkap.
Termasuk pula DN Aidit yang sempat lari dan kabur ke Jawa Tengah yang akhirnya berhasil ditangkap.
Selain itu, anggota organisasi lain seperti CGMI atau Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia, Lekra atau Lembaga Kebudajaan Rakjat, Pemuda Rakyat, Gerwani atau Gerakan Wanita Indonesia, dan BTI atau Barisan Tani Indonesia yang dianggap sebagai simpatisan atau yang berkaitan dengan PKI juga turut ditangkap.
Banyak kelompok masyarakat juga turut menghancurkan markas PKI yang berada di berbagai daerah.
Mereka juga menyerang berbagai lembaga, kantor, toko, dan juga universitas yang dianggap berkaitan dengan Partai Komunis Indonesia.
Di era pemerintahan Presiden Soeharto, Gerakan 30 September 1965/PKI diperingati pada setiap tanggal 30 September dan tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Baca Juga: Bharada E Beberkan Motif Ferdy Sambo Membunuh Brigadir J di Hadapan LPSK
Peringatan itu dilakukan sebagai cara untuk mengenang jasa ketujuh Pahlawan Revolusi yang telah gugur dalam tragedi tersebut.
Soeharto juga telah menggagas dibangunnya Monumen Pancasila Sakti di wilayah Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Di tahun 1984, dokudrama propaganda mengenai tragedi tersebut resmi dirilis dengan judul Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI.
Film tersebut diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara atau PPFN yang ketika itu dipimpin langsung oleh Brigjen G. Dwipayana yang juga merupakan anggota dari kepresidenan Soeharto.
Baca Juga: Perjalanan Persidangan Rosmah Mansor, Istri Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak
Produksi film tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp800 juta.
Film G30S PKI biasanya ditayangkan di TVRI setiap tanggal 30 September malam.
Tetapi sejak Presiden Soeharto lengser dari jabatannya pada tahun 1998, film yang digarap oleh Arifin C. Noer itu berhenti ditayangkan di TVRI.
Baca Juga: Hati-hati Cybersickness! Berikut 5 Gejala pada Tubuh Akibat Paparan Layar Gadget
Alasannya karena ada desakan masyarakat yang menilai bahwa film tersebut tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.***