Namun, namanya cukup jarang terdengar dan diingat. Lasminingrat hampir tidak pernah tersebut namanya dalam sejarah pergerakan kaum perempuan di Indonesia. Namanya tenggelam di bawah kedua nama tokoh besar perempuan itu.
Hingga akhir hayatnya Lasminingrat, pada 10 April 1948, ia masih tak mendapatkan anugerah pahlawan nasional itu. Meski begitu, karyanya tidak ikut tenggelam.
Baca Juga: Lirik Lagu Letter oleh Jimin BTS
Tulisannya masih banyak ditemukan dalam buku bacaan di Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar di Jawa Barat.
Selain itu, jejaknya masih dapat dilihat dari sekolah hasi perjuangannya, yang kini masih berdiri di sudut kota Garut.
Bangunan sekolah itu oleh pemerintah provinsi telah ditetapkan sebagai bangunan yang dilindungi, dan dikategorikan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) di Kota Garut.
Perjuangan Lasminingrat
Lasminingrat mengenyam pendidikan di Sekolah Belanda yang berada di daerah Sumedang. Ia diasuh oleh teman Belanda ayahnya, Levsyon Norman.
Atas didikannya, Lasminingrat tercatat sebagai perempuan pribumi satu-satunya yang mahir menulis dan berbahasa Belanda pada saat itu. Dirinya cukup dikenal memiliki kecerdesan yang luar biasa.