Fakta Unik Hari Kebangkitan Nasional
1. Mahasiswa STOVIA berjualan sarung dan sorban
Mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) mengadakan pertemuan Boedi Oetomo dengan menjual sarung sebagai usaha untuk mendapatkan dana. Pembentukan Boedi Oetomo dapat dikatakan berawal dari pesan yang disampaikan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo kepada para pelajar STOVIA tentang pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk membebaskan diri dari keterbelakangan.
Pesan tersebut mendorong ambisi mahasiswa STOVIA untuk mendirikan organisasi yang bertujuan mencapai kemajuan harmonis bagi nusa dan bangsa, khususnya Jawa dan Madura. Namun, pertemuan pertama untuk mendirikan Boedi Oetomo tidak mendapatkan dukungan dana dari siapapun.
Oleh karena itu, mahasiswa STOVIA menggunakan cara mereka sendiri untuk mendanai pertemuan tersebut. Beberapa di antara mereka menjual sarung plekat yang sangat diminati saat itu, ada juga yang menjual sorban, menyumbangkan uang jajan dan uang saku mereka.
Baca Juga: Ramalan Shio Kelinci, Naga, dan Ular pada Jumat, 19 Mei 2023: Jadi Menyenangkan, Tetap Realistis
2. Boedi Oetomo dibentuk di kelas Astronomi STOVIA
Keterbatasan dana yang dimiliki oleh para pelajar menyebabkan mereka hanya memiliki anggaran yang terbatas untuk pertemuan tersebut. Karena alasan ini, organisasi Boedi Oetomo diputuskan untuk dibentuk di dalam ruang kelas, khususnya ruang kelas Astronomi di STOVIA.
3. Berdirinya Boedi Oetomo jadi dasar penetapan Hari Kebangkitan Nasional
Meskipun sebelum Boedi Oetomo ada banyak organisasi pergerakan lainnya, tetapi Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) diidentikkan dengan Boedi Oetomo. Hal ini disebabkan oleh konteks pembentukan Boedi Oetomo pada saat itu. Pada masa itu, organisasi-organisasi di Indonesia cenderung fokus pada satu bidang tertentu, dan situasi ekonomi Indonesia sangat tidak stabil. Di sisi lain, Boedi Oetomo dianggap sebagai organisasi yang netral, melibatkan berbagai bidang, dan tidak tergolong sebagai organisasi politik.