Baca Juga: 5 Tempat Makan Sate Recommended di Bandung Raya, Rasanya Bikin Nagih Banget!
Dijelaskan Teten, bAHWA salah satunya terjadi di Ciwidey, dimana perbankan sudah terlibat dalam pembiayaan melalui koperasi yang bertindak sebagai offtaker. Bank-bank tertarik untuk terlibat jika potensi kredit macet atau non-performing loan (NPL) rendah.
"Termasuk yang ada di Ciwidey, perbankan sudah masuk ke pembiayaan dengan koperasi yang menjadi offtaker. Karena bagaimanapun bank mau masuk kalau potensi rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL)-nya kecil," kata Teten.
Menurut Teten, mempermudah akses pembiayaan akan mendorong pertumbuhan UMKM, sehingga mampu menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan di berbagai daerah.
Saat ini, UMKM menyumbang 99 persen dalam perekonomian Indonesia, sedangkan korporasi atau konglomerasi hanya menyumbang 0,01 persen. Namun, kredit perbankan yang disediakan untuk pengusaha mikro baru mencapai sekitar 21 persen.
Baca Juga: Ngidam Rawon? Ini 6 Tempat Rawon Terenak di Probolinggo yang Wajib Dicoba, Cek Alamatnya
Dikatakan Teten, bahwa UMKM kita memberikan kontribusi sebesar 97 persen dalam penciptaan lapangan kerja secara nasional, dan mereka memiliki ketahanan yang luar biasa.
Kini saatnya kita memperkuat UMKM, tidak hanya menganggap mereka sebagai pahlawan penyelamat di masa krisis atau tulang punggung ekonomi, tetapi melupakan mereka saat kondisi ekonomi membaik. Oleh karena itu, akses pembiayaan dan kemudahan usaha harus terus diperhatikan," tegas Teten.
"UMKM kita menyediakan lapangan kerja 97 persen nasional dan punya resiliensi yang luar biasa, sekarang tinggal kita perkuat UMKM kita, jangan ketika krisis sebagai pahlawan, sebagai penyelamat, sebagai tulang punggung, ketika keadaan ekonomi pulih UMKM dilupakan lagi. Oleh karena itu akses ke pembiayaan, kemudahan usaha harus terus kita berikan pada mereka," kata Teten.
Baca Juga: Catat! 5 Mie Ayam di Mataram Paling Enak dan Kenyal, Cus Cobain!