Direktur 98 Institute Sarankan Jokowi Copot Posisi Erick Thorir di BUMN dan Ganti Jajaran Pertamina

- 30 Agustus 2020, 07:56 WIB
PT Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) /

PR DEPOK - Perusahan Minyak Negara PT Pertamina (Persero) memberikan data pelaporan periode semester 1 tahun 2020 yang mencatat kerugian sebesar Rp 11,13 triliun meski kinerjanya dinilai membaik pada bulan Juli 2020 disertai kembalinya aktivitas perindustrian, perkantoran, dan transportasi selama masa kenormalan baru.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyatakan, kerugian yang dialami Pertamina terbilang lebih rendah atau lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan minyak dan gas (migas) skala multinasional.

Merespon pernyataan Erick Thohir, Direktur Eksekutif 98 Institute Heriyono Nayottama sangat menyayangkan ungkapan yang dikemukakkan olehnya. Heriyono menilai, pernyataan tersebut merupakan cara menangkis kritikan publik secara luas terhadap imbas kinerja yang ditampilkan Pertamina.

“Kalau seorang pengusaha, jadi menteri yaa pasti begini banyak alasan. Ini begitu menyesatkan. Rugi hanya diangka Rp 11,13 triliun malah bangga. Perlu untuk diingat, seberapapun angka kerugian yang dialami oleh BUMN tetap rakyat yang menanggung akan kerugian tersebut,” tutur Heriyono saat ditemui di Jakarta.

Baca Juga: Timnas U-19 Bertolak ke Kroasia Jalani Latihan Selama Sebulan, Ketua PSSI: Fokus, Bersungguh-sungguh

Menurutnya, membandingkan kerugian yang dialami oleh perusahaan migas dan Pertamina dengan perusahan seperti Exxon, Shell, BP dan Chevron adalah jurus jitu membuat alasan ala pengusaha.

Heriyono juga menuturkan bahwa mayoritas perusahaan migas berskala multinasional milik swasta juga turut terkena imbas dengan mengalami kerugian besar, tentu berbeda dengan Pertamina yang merupakan bagian dari BUMN.

“Mengapa Erick tidak membandingkan Pertamina dengan perusahaan Kuwait Petroleum Company, Saudi Aramco, dan perusahaan milik negara yang masih mengalami keuntungan. Apa ini merupakan jurusnya, untuk melindungi komisaris dan jajaran direksi yang dipilihnya ternyata tidak mampu,” tutur Heriyono.

Ia menilai semestinya rick Thohir mengambil langkah tegas dengan memberhantikan komisaris dan jajaran Direksi BUMN jika terbukti merugikan negara dalam proses pengelolaannya, serta mencari petinggi baru yang bisa mengubah nasib menjadi Pertamina menjadi beruntung.

Baca Juga: Klaim Kerugian Pertamina di Bawah Migas Multinasional, Pengamat: Ngelesnya Erick Thohir Banyak!

“Erick seharusnya mencopot jabatan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dari kursi Komisaris Utama serta Nicke Widyawati dari kursi Direktur Utama atau selama ini dugaan mereka merupakan orang titipan adalah Benar, jadi tidak memperdulikan soal kinerja,” tutur Heriyono.

Di sisi lain menurut Heriyono, Presiden Joko Widodo harus lebih waspada, sebab kini di sekitarnya terdapat kelompok oligarki yang berupaya memberikan citra baik menjelang tahun 2024 sebagai tahunnya panggung politik.

“Disini sudah jelas faktanya, jika kita cermat dan jujur menilainya. Orang seperti Erick Thohir, Ahok dan Nicke secara kinerja tidak terbukti kemampuannya dalam mengelola BUMN Negara,” tutur Heriyono.

Langkah awal yang sebaiknya diambil presiden, menurut Heriyono yakni dengan memecat Erick Thohir sebagai Menteri BUMN. Ia menyarankan agar posisi Erick Thohir diganti dengan figur yang kompeten dalam mengelola BUMN.

Baca Juga: Ingin Nikmati Hidup Hingga Tua? Terapkan 13 Kebiasaan Makan Berikut Agar Sehat dan Berumur Panjang

Selain itu ia juga menyarankan agar Joko Widodo mencopot jabatan Basuki Tjahaja Purna alias Ahok sebagai Komisaris Utama Pertamina dan Nicke Widyawati yang kini duduk sebagai direktur utama.

“Negara harus segera mendapatkan, mencari Direksi dan Komisaris yang dapat menguntungkan Pertamina,” ujar Heriyono.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x