Penyebab Kenaikan Harga Beras di Setiap Daerah Dibongkar Bulog

- 13 Februari 2024, 18:02 WIB
Pemerintah terus menyalurkan bansos beras 10 kg untuk KPM yang membutuhkan, bertujuan untuk meredam inflasi.
Pemerintah terus menyalurkan bansos beras 10 kg untuk KPM yang membutuhkan, bertujuan untuk meredam inflasi. /Freepik/freepik

PR DEPOK - Krisis beras yang semakin mengkhawatirkan kembali mengguncang Indonesia, dengan lonjakan harga yang mengejutkan di sejumlah pasar.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan bahwa akar permasalahan ini terletak pada kenaikan harga gabah di pusat produksi.

"Di tingkat produsen gabahnya sudah Rp8.000–an di daerah produksi harga berasnya sudah Rp15.000-an. Ini terjadi di seluruh Indonesia, praktis di seluruh sentra produksi,” kata Bayu saat diskusi bersama sejumlah awak media terkait Data dan Fakta Kondisi Perberasan Indonesia Terkini di Jakarta, dikutip PikiranRakyat-Depok.com dari Antara, Selasa.

Baca Juga: 5 Mie Ayam yang Rasanya Wenak Banget di Kabupaten Wonosobo

Dari Sumatera hingga Sulawesi, harga gabah telah melesat hingga melampaui angka Rp8.000 per kilogram, sebuah lonjakan yang tidak hanya merugikan petani, tetapi juga mengancam stabilitas harga beras di pasaran.

Tantangan Ritel Modern dalam Menjaga Reputasi

Di tengah tekanan untuk menjaga harga beras sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, ritel modern menghadapi tantangan besar. Ketidakpatuhan terhadap aturan ini berpotensi merusak reputasi toko, menghadirkan konsekuensi yang tidak diinginkan bagi seluruh jaringan ritel yang terlibat.

Oleh karena itu, banyak dari mereka enggan menjual beras di atas HET, meskipun hal itu berarti mengurangi pasokan dan berpotensi menghadapi kehilangan pelanggan.

Baca Juga: Sempat Diisukan Mundur dari Kabinet Presiden Jokowi, Menteri PUPR Bilang Begini

Hampir di seluruh wilayah Indonesia, beras kini dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa daerah bahkan mencatatkan penjualan beras dengan harga mencapai Rp15.000 hingga Rp16.000 per kilogram (kg), sementara HET yang telah ditetapkan pemerintah hanya sebesar Rp 13.900 per kilogram. Sementara itu, harga pembelian pemerintah (HPP) berada pada angka Rp5.000.

Bayu juga menyajikan beberapa data harga gabah dari petani serta harga beras di sentra produksi di beberapa wilayah Indonesia.

Misalnya, di Indramayu, harga gabah mencapai Rp7.350, dengan harga beras premium mencapai Rp15.400. Di Karawang, harga gabah Rp7.150, sedangkan harga beras premiumnya Rp14.333.

Baca Juga: Happy Valentine Day! 15 Ucapan Selamat Hari Valentine 2024 Romantis untuk Pacar, Istri, hingga Suami

Selain itu, di Banyumas, harga gabah Rp8.500 dengan harga beras premium Rp15.000. Di Sragen, harga gabah mencapai Rp 8.100 sementara harga beras premiumnya Rp 14.200; di Ngawi, harga gabah Rp 8.200 dengan harga beras Rp 15.700; dan di Sidrap, Sulawesi Selatan, harga gabah Rp 7.900 dengan harga beras premium Rp 14.050.

Strategi Pengusaha dalam Menghadapi Kenaikan Harga Gabah

Pengusaha berusaha menjaga stabilitas keuangannya di tengah krisis ini dengan mengurangi pasokan ke ritel modern yang menjual beras di atas HET.

Strategi ini, meskipun dapat membantu menghindari masalah reputasi, juga berdampak pada akses masyarakat terhadap beras, memperumit situasi yang sudah tegang ini.

Baca Juga: Enaknya Bikin Ketagihan! 5 Rekomendasi Mie Ayam Terkenal di Banda Aceh Ini Wajib Dikunjungi

“Ritel modern kira-kira berani enggak melanggar HET, kenapa nggak berani? Karena mengenai reputasinya, jadi kalau sampai ketahuan dan ada yang foto maka itu akan menimbulkan masalah bagi si ritel modern itu,” jelas Bayu,

Stok Ada Tetapi Harga Melambung

Meskipun pasar tradisional masih memiliki stok beras, harga yang ditawarkan juga melampaui HET.

Ini menunjukkan bahwa masalah kelangkaan dan kenaikan harga beras bukan hanya terjadi di ritel modern, tetapi juga merasuk ke dalam struktur pasar tradisional yang sebelumnya dianggap lebih stabil.

Baca Juga: Kisah Film Dokumenter ‘Dirty Vote’: Mengandung Narasi Kebencian dan Potensi Mendegradasi Pemilu

Stabilitas Pasar dan Solusi Alternatif untuk Masyarakat

Di tengah semua tantangan ini, peran Bulog menjadi sangat penting. Diharapkan bahwa lembaga ini dapat bertindak cepat dan efektif untuk menstabilkan pasar dan mencari solusi alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan.

Hanya dengan kerjasama dan koordinasi yang baik, krisis kelangkaan beras ini dapat diatasi dengan efektif, sehingga stabilitas pangan dan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga dengan baik.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah