Tradisi Jelang Bulan Suci Ramadan Khas Tanah Jawa: Meriah dan Bermakna

- 16 Februari 2024, 15:55 WIB
Berikut ini adalah beberapa tradisi jelang bulan suci Ramadan yang dilakukan oleh umat muslim di Tanah Jawa. *
Berikut ini adalah beberapa tradisi jelang bulan suci Ramadan yang dilakukan oleh umat muslim di Tanah Jawa. * /Kabar-Priangan.com/Istimewa

Tradisi Dugderan, Jawa Tengah

Serupa dengan tradisi Dandangan di Kudus, Semarang juga memiliki tradisi khasnya sendiri, yakni Dugdgeran. Dugderan merupakan kegiatan ditabuhnya bedug yang disusul dentuman meriam sebagai tanda jatuhnya tanggal 1 Ramadan.

Adapun ketentuannya adalah menabuh bedug sehingga berbunyi dug sebanyak 17 kali dan membunyikan meriam hingga terdengar bunyi der sebanyak tujuh kali. Perpaduan bunyi tersebut menjadi asal usul tradisi ini dinamakan Dugderan.

Baca Juga: Apakah BLT Mitigasi Risiko Pangan Sudah SP2D di SIKS-NG?

Masyarakat biasa melangsungkan tradisi ini dengan menyalakan petasan serta kembang api. Selain itu, ada pula penampilan maskot yang dikenal dengan “Warak Ngendog”.

Warak Ngendog adalah sejenis pinata berukuran besar. Warak memiliki arti representasi kambing berkepala naga yang dibuat dari kertas warna-warni. Kemudian, warak ini juga disisipi telur rebus yang melambangkan seolah warak sedang ngendog atau bertelur.

Selain penampilan Warak Ngendog, tradisi Dugderan biasanya juga disemarakkan dengan pasar malam yang menyajikan aneka barang kebutuhan rumah tangga. Kegiatan ini juga membuat Dugderan semakin kuat dengan makna rasa syukur dan sukacita di kalangan masyarakat.

Tradisi Mungguhan, Jawa Barat

Baca Juga: Rekomendasi 5 Bakso Beranak yang Ada di Depok, Kuahnya Gurih Pol!

Jika Jawa Tengah identik dengan pasar rakyat sebagai tradisi jelang bulan suci Ramadan, tradisi yang sedikit berbeda dirayakan oleh masyarakat muslim di tanah Sunda, Provinsi Jawa Barat.

Dikenal dengan istilah Mungguhan (beberapa juga menyebutnya Munggahan), tradisi ini merupakan acara berkumpul antar anggota keluarga untuk saling memaafkan jelang bulan suci Ramadan. Seiring waktu, tradisi Mungguhan juga dilengkapi dengan kegiatan makan siang bersama beberapa hari menjelang jatuhnya tanggal 1 Ramadan.

Tradisi Mungguhan yang telah diwarisi secara turun temurun oleh suku Sunda memiliki makna saling menghormati, saling menjaga keharmonisan, dan pengingat untuk senantiasa bersikap rendah hati pada sesama.

Halaman:

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah