Jajaki Uji Coba, Simak 5 Obat Covid-19 Diklaim Paling Efektif Pulihkan Pasien Terpapar Virus Corona

- 27 September 2020, 18:56 WIB
Ilustrasi Obat Covid-19.
Ilustrasi Obat Covid-19. /Pixabay

PR DEPOK – Vaksin Covid-19 hingga saat ini masih dikembangkan di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Pengembangan vaksin menjadi salah satu upaya mempercepat penanganan Covid-19 yang hingga saat ini masih mewabah di dunia.

Sejumlah obat telah dijanjikan dapat menyembuhkan pasien yang positif Covid-19 dan telah melewati beberapa kali uji coba.

Dilansir Pikiranrakyat-depok.com dari RRI, berikut beberapa obat yang diklaim dapat menyembuhkan Covid-19.

Baca Juga: Diduga Terjadi Kebocoran Data Pengguna, Platform ShopBack dan RedDoorz Diselidiki Pihak Berwajib

Antibodi dari Eli Lilly

Obat pertama yang terdaftar sebagai obat Covid-19 adalah antibodi dari perusahaan Eli Lilly.

Obat ini diklaim dapat mengurangi risiko pasien menjalani rawat inap.

Antibodi buatan perusahaan Eli Lilly adalah antibodi penetral yang merupakan respon alami tubuh terhadap patogen asing.

Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Anthony Fauci, menyebutkan bahwa antibodi penetral adalah standar emas perlindungan terhadap virus.

Para ilmuwan telah mencari antibodi paling kuat lalu menggandakan dan memproduksi antibodi tersebut dalam skala besar.

Antibodi ini kemudian digunakan dalam terapi antibodi.

Baca Juga: Antar Kekasih Terlalu Malam Usai Kencan, Pasangan di Bawah Umur Dinikahkan Paksa Oleh Orang Tua

Perusahaan Eli Lilly mulai menguji coba obat antibodi yang disebut dengan LY-CoV555 pada pasien sejak bulan Juni lalu.

Fase kedua uji coba dilakukan masih di bulan yang sama dan pihak perusahaan pun telah mengumumkan hasil uji coba tersebut kepada publik.

Perusahaan mengatakan bahwa pihaknya telah menguji tiga dosis berbeda LY-CoV555 terhadap placebo dalam percobaan yang melibatkan sekira 450 pasien.

Pada dosis 2.800 mg, perusahaan berhasil memenuhi target secara signifikan dengan mengurangi jumlah SARS-CoV-2 setelah 11 hari.

Namun dua dosis lainnya, yakni 700 mg dan 7.000 mg tidak memenuhi target yang ditentukan perusahaan tersebut.

Akan tetapi, dari uji coba yang telah dilakukan, Eli Lilly mengatakan bahwa obat antibodi buatan perusahaan tersebut menurunkan risiko rawat inap sebanyak 72 persen.

Baca Juga: Penelitian Terbaru Mengungkapkan Orang Berkacamata Memiliki Risiko Lebih Rendah Terpapar Covid-19

Obat regeneron

Obat Regeneron diproduksi oleh perusahaan Regeneron, yang memulai uji klinis pada bulan Juni lalu.

Obat buatan perusahaan ini diberi nama REGN-COV2, yang merupakan campuran dari dua antibodi.

Obat ini baru memasuki uji klinis pertama dan hasilnya belum dapat diterima.

Namun obat regeneron ini diklaim mendapatkan hasil awal yang menguntungkan, sekitar 30 persen dari peserta uji klinis ini termasuk pasien rawat inap dan non rawat inap dinyatakan dalam kondisi yang aman.

Sebelumnya, obat ini sempat diuji coba pada hewan dan hasilnya menunjukkan bahwa obat regeneron dapat mencegah dan mengobati virus corona pada hewan-hewan tersebut.

Obat actemra

Actemra adalah obat yang diklaim dapat mengurangi potensi penggunaan mesin pernapasan.

Baca Juga: Halo Matahari Terjadi di Jawa Timur, Simak Penjelasan Terkait Proses Terbentuk dan Penyebabnya

Obat anti-inflamasi Roche Actemra ini menargetkan sitokin kunci interleukin-6.

Penelitian telah membuktikan adanya peningkatan interleukin-6 pada pasien Covid-19 dengan kondisi yang parah.

Oleh karena itu, obat actemra ini ditargetkan untuk mengurangi risiko penggunaan alat bantu pernapasan pada pasien yang parah ini.

Dalam uji klinis tahap tiga, obat actemra tidak mengurangi tingkat kematian pasien Covid-19.

Tetapi, obat ini dapat mengurangi kebutuhan akan mesin pernafasan atau ventilator.

Obat baricitinib

Tak hanya memproduksi antibodi, perusahaan Eli Lilly juga meneliti baricitinib atau oluminant sebagai obat Covid-19.

Obat ini diketahui dapat mengobati orang dewasa dengan rheumatoid arthritis sedang hingga berat.

Baca Juga: Dua Jarum Diketahui Tertanam dalam Otak Usai Jalani CT Scan, Wanita 29 Tahun Akui Tak Pernah Pusing

Obat yang termasuk dalam kelas obat anti inflamasi ini disebut dapat menghambat janus kinase (JAK), yang membantu menenangkan badai sitokin.

Perusahaan Eli Lilly belum lama ini telah mengumumkan hasil uji coba fase 3 dari obat baricitinib ini.

Hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi obat ini dapat mengurangi waktu pemulihan rata-rata pasien satu hari dibandingkan dengan pasien yang hanya menerima remdesivir.

Obat steroid

Analisis dari WHO menjelaskan bahwa steroid dapat menurunkan angka kematian, sehingga pedoman pengobatan Amerika Serikat telah merekomendasikan penggunaan corticosteroid pada pasien yang menggunakan ventilator.

Uji klinis yang dilakukan di Inggris pada bulan Juni lalu juga menunjukkan bahwa dexamethasone mengurangi jumlah kematian hingga sepertiga dari jumlah pasien dengan ventilator, serta sebanyak 20 persen dari pasien yang mendapatkan oksigen ekstra.

Baca Juga: Soal Informasi Tsunami Setinggi 20 Meter Resahkan Warganet, BMKG: Berpotensi Belum, Tentu Terjadi

Sementara itu, WHO juga menganalisis tujuh uji coba acak terhadap corticosteroid dengan melibatkan lebih dari 1.700 pasien dalam kondisi kritis.

Beberapa di antara pasien kritis ini ditangani dengan penggunaan dexamethasone, sedangkan yang lainnya dengan hidrokortison atau metilprednisolon.

Hasil dari uji coba ini menunjukkan bahwa kematian lebih sedikit ditemukan pada pasien yang menerima steroid dibandingkan pasien yang menerima perawatan standar atau plasebo.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x