Agar Tak Kalah dengan Media Sosial, Perpusnas Perluas Jaringan Layanan Perpustakaan Digital

- 8 Oktober 2020, 15:20 WIB
Ilustrasi perpustakaan.
Ilustrasi perpustakaan. /

PR DEPOK -  Baru-baru ini penggiat literasi Indonesia mengimbau orang tua untuk membacakan dongeng sedari dini untuk buah hatinya guna meningkatkan gairah membaca hingga terbiasa hingga dewasa nanti.

Berdasarkan data, diketahui budaya literasi Indonesia menempati peringkat 52 di Asia Timur.

Lebih lanjut, dampak gairah membaca yang masih rendah di Indonesia tercermin melalui kualitas sumber daya manusia (SDM) serta banyaknya masyarakat yang lebih percaya pada berita-berita palsu.

Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menyampaikan bahwa menurutnya pengetahuan hanya dapat direngkuh dengan budaya membaca.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam agenda webinar bertajuk "Membangun Budaya Literasi Untuk Kesejahteraan" beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Istana Negara Dikerumuni Demonstran, Joko Widodo Berangkat ke Kalteng untuk Kunjungan Kerja

"Transfer knowledge apapun bentuknya hanya bisa dicapai lewat baca," tutur Syarif dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari RRI.

Guna meningkatkan kualitas literasi Indonesia, perpustakaan diminta untuk terus menyediakan fasilitas yang memadai.

Ia juga menilai bahwa saat SDM handal, maka kekayaan sumber daya alam dapat dimaksimalkan.

Syarif juga mengimbau secara khusus agar perpustakaan bersama pemangku kepentingan memiliki visi yang sama.

"Perpustakaan jangan kalah dengan media sosial. Yakinkan bahwa koleksi  pengetahuan yang disediakan baik yang tercetak maupun digital mampu memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Perpustakaan harus jadi sumber bahan bacaan yang bermutu," tutur Syarif.

Baca Juga: Pengesahan UU Cipta Kerja, Keinginan Joko Widodo yang Menjadi Nyata di Masa Jabatannya

Untuk diketahui, layanan perpustakaan digital yang dimiliki Perpustakaan Nasional seperti Indonesia OneSearch (IOS), iPusnas, dan Khastara terus menunjukkan peningkatan grafik terlebih di masa pandemi.

Tingginya pemanfaatan layanan digital Perpustakaan Nasional tersebut disertai dengan melonjaknya angka keanggotaan.

"Khastara bahkan secara khusus diapresiasi oleh Kemenpan RB. Mereka meminta kandungan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam ribuan naskah kuno dapat diterjemahkan, dibaca dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat, terutama yang menjadi koleksi memori ingatan dunia, seperti Babad Diponegoro, dan Cerita Panji," tuturnya.

Fokus perhatian Perpustakaan Nasional tidak hanya sebagai penyedia aksesibilitas pengetahuan melalui teknologi internet, melainkan juga memastikan ketersediaan pengetahuan di daerah tertinggal, terluar, terpencil (3T) di mana keterjangkauan teknologi masih terbatas.

Wilayah 3T membutuhkan lebih banyak koleksi buku fisik serta sokongan lain seperti armada perpustakaan keliling.

Tentu aspek kegemaran membaca juga menjadi elemen penting karena masuk ke dalam rencana strategis.

Baca Juga: Siapkan Pos Penyekatan di 12 Titik Menuju Jakarta, Polrestro Bekasi: Kebijakan Ini untuk Antisipasi

Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan menjelaskan bahwa era industri 4.0 yang beriringan dengan kondisi pandemi Covid-19, tidak sebanding dengan infrastruktur dan aksesibilitas teknologi yang belum merata sehingga  masih menjadi kendala tersendiri.

“Akan sulit menyiapkan digitalisasi koleksi jika support akses teknologi belum merata, terutama di daerah 3T (tertinggal, terluar, terpencil). Maraknya, disinformasi juga makin menambah persoalan penumbuhan iklim literasi,” tuturnya.

Dengan demikian Komisi X DPR RI mendukung Perpustakaan Nasional untuk terus merevitalisasi perpustakaan di daerah, terutama terhadap wilayah 3T dalam menyediakan akses internet dan pembentukan kualitas sumber daya pengelola perpustakaan yang unggul.

Ia berharap agar Perpustakaan Nasional dapat berkolaborasi dengan kementerian maupun lembaga terkait guna mempermudah akses pengetahuan masyarakat.

Di sisi lain, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, Wahyu Haryadi mengungkapkan bahwa upaya meningkatkan budaya membaca maupun literasi di DKI Jakarta terus dilakukan sebagai bagian dari perwujudan Jakarta Smart City.

Untuk diketahui, Smart City membutuhkan dukungan kolaborasi pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan smart people.

“Kolaborasi peningkatan kegemaran membaca menjadi kegiatan strategis yang harus dilaksanakan,” katanya.

Baca Juga: Diduga Hendak Unjuk Rasa, Polisi Hadang Satu Truk Pengangkut Puluhan Demonstran Remaja di Jaktim

Selain itu ia sampaikan bahwa bentuk kolaborasi yang dilakukan tersebut yakni melakukan survei kegemaran membaca lewat program "#BacaJakarta", serta berbagai workshop yang dilakukan di perpustakaan.

Dalam kesempatan yang sama, Duta Buku Provinsi DKI Jakarta, Satria Bahar menilai  bahwa membaca buku menjadi penawar akan banyaknya informasi bohong yang mudah beredar di masa kini.

“Membaca buku selain merupakan bentuk dari sadar literasi juga dapat membantu membentuk dan menggambarkan siapa diri kita untuk lebih bijak menggunakan sosial media,” tuturnya.***

Editor: Ahlaqul Karima Yawan

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x