Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa disrupsi oleh pandemi Covid-19 dan teknologi sekaliggus dapat menciptakan kegalauan yang masif bagi generasi milenial.
Generasi milenial saat ini, dikatakan dia, sejatinya tengah mencari siapa panutannya yang harus didengarkan, dan menentukan kemana arah menuju dan melangkah.
"Ada baiknya untuk memahami dan menyadari bahwa jangan-jangan kegagalannya ada pada generasi yang seharusnya menjadi suri teladan," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia mengatakan bahwa introspeksi paling besar itu harus dilakukan para politikus. Pasalnya, generasi milenial terkadang mencontoh dari apa yang dilihatnya dari para tokoh publik atau politikus, termasuk kata-kata maupun aksi.
Baca Juga: Buka Suara Soal Sikap Emmanuel Macron, Al-Qaeda Ancam Bunuh Siapapun yang Hina Nabi Muhammad
Fahri Hamzah menyebutkan sesungguhnya politikuslah yang diberi amanat untuk menjadi pendidik politik dan bangsa, diberi anggaran, akses kekuasaan, maupun uang negara untuk menjadi panutan bagi generasi milenial, bukan sebaliknya.
"Jadi amanat pertama adalah kepada para pemimpin politik, kalau sekarang ini menyaksikan milenial galau dan tidak sesuai dengan pandangan politisi, di satu sisi itu adalah watak dari sebuah perubahan," ujarnya.
Akan tetapi, dilanjutkannya, yang terpenting adalah apakah politisi sudah memberi contoh yang cukup sehingga ekspektasi tentang generasi milenial itu memadai.
Selanjutnya amanat kedua, dikatakan dia, adalah kepada tokoh dan agamawan. Sebab, tokoh dan agamawan juga punya mekanisme dan medium untuk membimbing generasi milenial agar mereka memegang jati dirinya dan tuntunannya dalam melangkah ke depan.
Baca Juga: Buka Suara Soal Sikap Emmanuel Macron, Al-Qaeda Ancam Bunuh Siapapun yang Hina Nabi Muhammad