“Maka politik menjadi hidup dan bagus karena ada nilai agama,” kata Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) tersebut.
Melihat kejadian akhir-akhir ini, Zainul menilai ada kelompok tertentu yang mempolitisasi agama dengan tujuan politik, murni untuk mencapai kekuasaan.
Baca Juga: Meski Vaksin Telah Tersedia, WHO Sebut Pandemi Covid-19 Tidak Akan Langsung Hilang
“Kita perlu literasi, perlu penegasan bahwa politik bagian dari muamalah, politik bukan akidah,” tuturnya.
Intelektual Muhammadiyah yang juga selaku Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI), Imam Addaruqutni menuturkan apa yang dilakukan Rizieq Shihab merupakan bagian dari politisasi agama.
“Kalau Rizieq mungkin mengatakan bukan (politisasi agama). Tapi kalau kita mengatakan iya,” ujar Imam.
Baca Juga: Nilai Pencopotan Jabatan Harus secara Komprehensif, Ridwan Kamil Akan Bahas Intruksi Tito Karnavian
Masih dalam forum yang sama, intelektual muda Nahdlatul Ulama (NU), Muhammad Cholil Nafis menyatakan apa yang terjadi akhir-akhir ini bukan karena kegagalan NU dan Muhammadiyah dalam membimbing umat.
Akan tetapi, ia berpendapat isu yang terjadi belakangan lebih pada kegagalan orang yang ingin membawa isu liberal.
“Liberal ini melahirkan radikalisme. Yang kita hadapi ini buah dari proses liberalisasi. Jadi, jangan sampai kita menepi menjadi radikalisme. Bagaimana memasyarakatkan moderasi Islam agar orang tidak menepi ke kanan dan ke kiri,” ujarnya.