PR DEPOK - Tragedi kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur menjadi sorotan media internasional.
Beberapa media asing yang menyoroti tragedi kerusuhan itu, salah satunya The New York Times.
Dengan judul "Deadly Soccer Clash in Indonesia Puts Police Tactics, and Impunity, in Spotlight".
Artikel tersebut juga menyoroti kronologi tragedi di Kanjuruhan dan tanggapan para ahli.
Dilansir PikiranRakyat-Depok.com dari The New York Times, dijelaskan dunia melihat sekilas kejadian pada hari Sabtu, ketika petugas keamanan di kota Malang memukuli penggemar sepak bola dengan tongkat dan perisai.
Hingga tanpa peringatan, menyemprotkan gas air mata ke puluhan ribu penonton yang berkerumun di sebuah stadion.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Capricorn, Aquarius, dan Pisces Rabu, 5 Oktober 2022: Terjadi Kemajuan dalam Karier
Dalam tulisan tersebut mereka pun menyoroti soal tanggapan para ahli terkait metode kepolisian saat itu.
Disebutkan bahwa para ahli mengatakan tragedi itu mengungkap masalah sistemik yang dihadapi polisi, banyak di antaranya kurang terlatih dalam pengendalian massa dan sangat militeristik.
Lebih lanjut, dalam hampir semua kasus, para analis mengatakan, mereka tidak pernah harus menjawab kesalahan langkah.
Baca Juga: Ucapan HUT TNI 2022 Penuh Motivasi, Apresiasi untuk Hari Jadi Tentara Nasional Indonesia ke-77
Menurut Jacqui Baker, Ekonom Politik di Universitas Murdoch di Perth Australia, baginya hal itu adalah kegagalan.
“Bagi saya, ini benar-benar fungsi dari kegagalan reformasi kepolisian di Indonesia,” katanya.
Dalam tragedi Kanjuruhan, heboh warganet di media sosial twitter untuk menyerukan soal pemecatan.
Baca Juga: Berapa Kali BLT BBM 2022 Cair? Ini Jadwal Pencairan, Jumlah Bantuan, dan Cara Cek Penerimanya
Lalu disebutkan hampir 16.000 orang menandatangani petisi menyerukan polisi untuk berhenti menggunakan gas air mata.
Pemerintah lalu bergerak cepat untuk meredam amarah publik.
Kepala polisi di Malang diskors dan menyampikan janji untuk mengungkapkan para tersangka yang bertanggung jawab atas tragedi ini.
***