"Kita harus lihat hasilnya mana, surat pernikahannya mana. Surat pernikahan itu tidak sah kalau tidak ada perjanjian rekrutmen," kata Nadiem dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari Antara.
Kalau belum ada surat dan pernyataan akan merekrut lulusan tersebut, berarti industri masih tidak yakin dengan kualitas lulusan sekolah itu
Selain itu, industri juga dapat memberikan beasiswa dan ikatan dinas kepada pihak sekolah yang diajak kerja sama.
“Branding industri itu diberikan kepada murid, karena dia percaya dengan program (kurikulum) itu dan juga join research project yang merupakan satu contoh paket pernikahan,” tutur Nadiem.
Baca Juga: Hati-hati Melintas di Tol Jagorawi KM 43 Bogor, Jasa Marga Beri Imbauan
Menurut Nadiem, tak dipungkiri bahwa industri membutuhkan banyak sekali sumber daya manusia (SDM) siap kerja.
Salah satu alasan mengapa lulusan SMK masih banyak yang mengganggur adalah ketersediaannya tenaga kerja yang ada kurang memadai.
Lebih lanjut, Nadiem menuturkan, hal itu terjadi karena kompetensi lulusan yang dihasilkan SMK tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh industri.
Baca Juga: Diduga Jual 7 anak-anak untuk Jadi PSK via Michat, Muncikari Terancam Hukuman 15 Tahun Penjara
Jika program 'pernikahan massal' itu terwujud, kata Nadiem, industri sangat diuntungkan karena dapat mengurangi biaya pelatihan dan SMK juga diuntungkan karena lulusannya diserap industri.