Studi Terbaru: Membiarkan Ikan Besar Mati di Laut Dapat Kurangi CO2

- 29 Oktober 2020, 11:24 WIB
Ilustrasi terumbu karang.
Ilustrasi terumbu karang. /Marcelokato/Pixabay

PR DEPOK – CO2 atau yang lebih dikenal dengan karbon dioksida adalah salah satu senyawa kimia yang dapat menyebabkan kerusakan atmosfer planet Bumi.

Selain itu, karbon dioksida dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer menyebabkan pemanasan global hingga perubahan iklim yang ekstrem.

Berbagai cara terus dilakukan oleh manusia untuk terus mengurangi jumlah kadar karbon dioksida sehingga pemanasan global yang menyebabkan kerusakan iklim dapat ditekan.

Baca Juga: Kai EXO Akan Tampil pada Showcase Virtual, Kim Seol-jin hingga Baek Koo-young Ikut Memeriahkan

Terbaru, sebuah tim ilmuwan internasional telah menemukan bahwa membiarkan lebih banyak ikan besar di laut mengurangi jumlah karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer Bumi.

Ketika seekor ikan mati di lautan, ia tenggelam ke kedalaman, dan menyerap semua karbon yang dikandungnya.

Ini adalah bentuk 'karbon biru'-karbon yang ditangkap dan disimpan oleh ekosistem laut dan pesisir dunia.

Baca Juga: Tak Terima Dianggap Kebebasan Berekspresi, Erdogan Ajukan Tuntutan Pidana terhadap Charlie Hebdo

"Tapi ketika ikan ditangkap, karbon yang dikandungnya sebagian dilepaskan ke atmosfer sebagai CO2 beberapa hari atau minggu setelahnya," kata Gaël Mariani seorang mahasiswa PhD di University of Montpellier di Prancis seperti dikutip dari pikiranrakyat-depok.com dari RRI.

Mariani memimpin studi pertama di dunia yang menunjukkan bagaimana perikanan laut telah melepaskan setidaknya 730 juta metrik ton CO2 ke atmosfer sejak 1950.

Diperkirakan 20,4 juta metrik ton CO2 dilepaskan pada tahun 2014 atau setara dengan emisi tahunan 4,5 juta mobil.

Baca Juga: Berikan Dukungan terhadap Emmanuel Macron, Tagar 'I Stand With France' Trending di India

Rekan peneliti Profesor David Mouillot dari ARC Center of Excellence for Coral Reef Studies di James Cook University (CoralCoE di JCU) dan University of Montpellier mengatakan jejak karbon perikanan 25 persen lebih tinggi dari perkiraan industri sebelumnya.

"Kapal penangkap ikan menghasilkan gas rumah kaca dengan mengonsumsi bahan bakar," kata Prof Mouillot.

"Dan sekarang kita tahu bahwa mengekstraksi ikan melepaskan CO2 tambahan yang jika tidak dilakukan akan tetap tertawan di dalam laut," ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Gaming Award 2020 Digelar Online, Didukung Lebih dari 100 Panelis E-Sports dan Gaming

Ikan besar seperti tuna, hiu, mackerel, dan ikan todak mengandung sekitar 10 hingga 15 persen karbon.

"Saat ikan ini mati, mereka tenggelam dengan cepat," imbuh Prof Mouillot.

Akibatnya, sebagian besar karbon yang dikandungnya tersimpan di dasar laut selama ribuan atau bahkan jutaan tahun.

Baca Juga: Benarkan LAPAN Akan Cari Planet Lain dan Alien, Peneliti Ungkap Targetkan Mulai Studi Tahun Depan

Oleh karena itu, mereka adalah penyerap karbon—yang ukurannya belum pernah diperkirakan sebelumnya.

Dia mengatakan fenomena alam ini—pompa karbon biru—semakin dan sangat terganggu oleh industri perikanan.

Para peneliti juga mengatakan fenomena tersebut tidak hanya diabaikan hingga saat ini, namun terjadi di daerah di mana penangkapan ikan tidak menguntungkan secara ekonomi: di Pasifik Tengah, Atlantik Selatan, dan Samudra Hindia Utara.

Baca Juga: Permudah Pantau Populasi, 1000 Ekor Komodo Telah Dipasang Chip oleh KLHK

"Kapal penangkap ikan terkadang pergi ke daerah yang sangat terpencil — dengan konsumsi bahan bakar yang sangat besar—meskipun ikan yang ditangkap di daerah ini tidak menguntungkan dan penangkapan ikan hanya dapat dilakukan berkat subsidi," ucap Mariani.

Bagi peneliti studi ini, data terbaru ini sangat mendukung penangkapan ikan yang lebih bermanfaat.

"Penghancuran pompa karbon biru yang diwakili oleh ikan besar menunjukkan tindakan perlindungan dan pengelolaan baru harus dilakukan, sehingga lebih banyak ikan besar dapat tetap menjadi penyerap karbon dan tidak lagi menjadi sumber CO2 tambahan," kata Mariani.

Baca Juga: Dianggap Serangan Radikal Tak Berdasar, Prancis Desak Negara Arab Hentikan Seruan Boikot Produknya

"Dan dengan melakukan itu kita semakin mengurangi emisi CO2 dengan membakar lebih sedikit bahan bakar," ujarnya.

"Kita perlu cara memancing lebih baik," tutur Prof Mouillot.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x