Facebook, Amazon dan Google Bekerjasama dengan WHO untuk Hentikan Informasi Hoaks Virus Corona

17 Februari 2020, 14:24 WIB
ILUSTRASI Google.* /Dado Ruvic/REUTERS

PIKIRAN RAKYAT - Penyebaran virus corona yang sangat cepat sangat mengejutkan para ilmuwan dan publik. Isu tentang virus corona ini menjadi senjata untuk menyebarkan berita bohong.

Dikutip oleh Pikiranrakyat-depok.com dari situs Digital Trends di media sosial banyak tersebar informasi yang salah serta berita-berita tanpa fakta tentang virus itu. Internet dan media sosial seakan jadi pabrik rumor untuk menambahkan kepanikan dan kekacauan masyarakat saat ini.

Penyebaran informasi yang salah tentang virus corona ini, bukan hanya terjadi di Indonesia, bahkan telah menyebar ke seluruh negara.

Baca Juga: Waspada Kejahatan Siber, Berikut 8 Cara Cerdas untuk Menghindarinya

Meskipun sudah ada hukum yang mengatur tentang penyebaran informasi hoaks ini, tapi kasus penyebaran hoaks ini masih marak terjadi, terlebih di tengah isu yang sedang hangat.

Menyikapi keadaan tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyelenggarakan pertemuan yang menyatukan dengan pihak-pihak seperti Facebook, Amazon, dan Google. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menghentikan penyebaran informasi yang salah tentang virus corona.

Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Facebook di kampus Menlo Park, California.

Baca Juga: Pasca Penembakan Massal di Korat, Ekonomi Thailand Makin Melemah

Juru bicara perusahaan media sosial Facebook juga menyampaikan, pertemuan ini mengundang beberapa perusahaan besar lain seperti Airbnb, Dropbox, Kinsa, Mapbox, Salesforce, Twilio, Twitter, Verizon, dan YouTube. Tetapi, perusahaan Apple, Lyft, dan Uber tidak mengirimkan perwakilannya.

Dalam pertemuan tersebut, WHO berbagi informasi dengan perusahaan lain mengenai tanggapannya terhadap virus corona, sementara para peserta lain ikut berbagi ide tentang penanganan wabah ini.

Topik utama dari pertemuan itu adalah bagaimana perusahaan bekerja untuk menangani berita palsu atau hoaks tentang virus corona yang semakin meluas.

Baca Juga: KPI Sentil Hotman Paris Setelah Tertangkap Kamera Pegang Pinggang Seorang Wanita

Perwakilan dari WHO, Andy Pattison mengatakan bahwa ketika perusahaan teknologi mulai meningkatkan upaya mereka untuk menghentikan penyebaran informasi yang salah, dan menawarkan untuk membantu mereka dalam memeriksa informasi yang diposting di platform mereka.

"Twitter dan YouTube dan situs media sosial lainnya masih dibanjiri informasi yang salah," kata Pattison.

Berita hoaks di Facebook dan platform media sosial lainnya juga masih marak terjadi, bahkan buku-buku di Amazon yang memicu ketakutan tentang virus corona serta video konspirasi di YouTube.

Baca Juga: Viral Video Penembakan Massal Pasien Virus Corona di Tiongkok, Cek Faktanya

Informasi yang keliru juga, memungkinkan peretas untuk mengambil keuntungan dari wabah misalnya dengan menyebarkan malware melalui email yang diduga tentang virus corona.

Perusahaan-perusahaan setuju pada akhir hari pertemuan untuk bekerja pada alat-alat kolaboratif, konten yang lebih baik dan pusat panggilan tempat orang dapat mengajukan pertanyaan atau mendapatkan saran.

Beberapa perusahaan seperti Facebook dan Amazon menawarkan untuk berbagi ruang iklan atau menyediakan sukarelawan untuk membantu memadamkan penyebaran informasi hoaks ini, kata Pattison.

Baca Juga: BTS Gaet SIA dan Troye Sivan dalam Album Map Of The Soul: 7

CONTOH informasi hoaks di Facebook.*

Salah satu sumber yang dapat dipercaya mengenai penyebaran virus corona adalah dasbor yang dibuat oleh The Center for Systems Science and Engineering (CSSE) atau Pusat Sains dan Teknik Sistem yang berpusat di Maryland di Johns Hopkins.

Dengan adanya halaman website ini, bertujuan untuk memberikan informasi yang akurat tentang penyebaran virus corona yang menyatukan data dari beberapa badan resmi yang mencakup WHO dan pusat-pusat pengendalian penyakit dan pencegahan di Tiongkok, AS, dan Eropa.

Dasbor tersebut menampilkan jumlah kasus virus corona yang dikonfirmasi dan diduga, serta jumlah kematian, serta dilengkapi dengan peta dunia menandai lokasi wabah penyebaran virus tersebut.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Digital Trends

Tags

Terkini

Terpopuler