Pada hari Sabtu, Elon Musk sebagai pemilik Twitter memicu kemarahan pengguna dengan mengumumkan batasan jumlah cuitan yang dapat dibaca pengguna setiap harinya.
Alasannya adalah karena tingkat ekstrem pengambilan data dan manipulasi sistem yang terjadi. Elon Musk, seorang miliarder asal Afrika Selatan yang mengakuisisi Twitter dengan harga $44 miliar pada bulan Oktober tahun lalu, telah menyaksikan beberapa pengiklan utama meninggalkan platform tersebut.
Hal ini terjadi sebagai akibat dari pemecatan massal, pengunduran diri, dan kekacauan yang timbul akibat keputusan bisnis yang seringkali dikritik di halaman-halaman Twitter itu sendiri.
Dengan diluncurkannya platform serupa Twitter oleh Meta, ini dapat menambah daftar masalah yang dihadapi oleh raksasa media sosial yang pernah dihormati tersebut.
Matt Navarra, seorang konsultan media sosial, menjelaskan bahwa situs baru ini memberikan kesempatan bagi pengguna media sosial untuk beralih ke platform yang mampu memberikan segala hal yang mereka inginkan agar Twitter tetap seperti dahulu kala, namun dengan perubahan yang lebih baik.***