Baca Juga: Diisukan Resmi Dipecat dari Partai Gerindra, Fadli Zon: Wacana Kosong yang Hanya Buang Waktu!
Tidak merasa takut, wanita Romawi menyambut baik sentuhan kulit kambing itu lantaran diyakini akan membuat mereka lebih subur.
Menurut legenda, beberapa zaman setelah itu, perayaan dilakukan dengan cara semua perempuan muda akan dimasukkan ke dalam guci besar.
Kemudian masing-masing pria lajang akan memilih dipasangkan dengan wanita yang mana. Pemilihan itu, seringkali berujung dengan pernikahan.
Hari Valentine: Hari yang Romantis
Pada abad ke 5, Lupercalia kemudian dilarang karena dianggap tidak mencerminkan budaya kristen.
Baca Juga: Tak Hanya Din Syamsuddin, GAR ITB Juga Laporkan Dekan FTI ITB ke KASN karena Sempat Jadi Kader PKS
Pertengahan Februari itu taklagi dirayakan dengan perayaan tersebut, saat itu, Paus Gelasius kemudian mendeklarasikan 14 Februari sebagai Hari Valentine. Pada masa itu tidak secara definitif dikaitkan dengan cinta dan kasih sayang.
Selama Abad Pertengahan, di Prancis dan Inggris diyakini secara umum bahwa 14 Februari adalah musim kawin.
Keyakinan itu mempertajam gagasan bahwa Hari Valentine harus menjadi hari yang romantis.