Bahkan, kesalahpahaman semakin besar ketika mereka menghubungkan hal tersebut dengan virus corona.
"Terdapat kesalahpahaman sensasional di media, bahkan dalam literatur ilmiah sekalipun disebutkan bahwa perubahan iklim dan keterkaitan keberadaan manusia berhubungan dengan peningkatan ukuran serta frekuensi blooming ubur-ubur," kata Boco kepada IFLScience.
Boco mengunggah video viral itu di Twitter dan mengonfirmasi bahwa hal tersebut tidak ada hubungannya dengan virus corona.
Baca Juga: Ribuan Liter Susu Dibuang Selama Pandemi Virus Corona, Peternak Ungkap Alasannya
"Tentu saja ubur-ubur tidak terpengaruh oleh pembatasan #COVID19. Itu adalah blooming ubur-ubur tomat Crambione mastigophore yang direkam Alimar Amor, 23 Maret 2020," kata Boco via Twitter.
Blooming merupakan peristiwa musiman kawanan ubur-ubur (ratusan, ribuan, atau bahkan lebih) yang hidup bersama dan mendiami suatu tempat sehingga mereka terlihat seperti menguasai habitat tertentu.
Peristiwa musiman itu dipengaruhi sejumlah faktor lingkungan dan tidak ada kaitannya dengan virus corona. Blooming dapat terjadi di hampir setiap wilayah samudera.
Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Mari Kurangi Sampah Organik dengan Membuat Kompos
Penjelasan Boco mendapatkan dukungan peneliti NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) bernama Molly Zaleski.
Menurut penelitian yang diterbitkan di dalam jurnal Jellyfish Blooms, blooming ubur-ubur ada kaitannya dengan perubahan musiman di lautan seperti suhu dan salinatas.