Network
PR DEPOK - Tersiar kabar bahwa warga kulit hitam Amerika Serikat (AS), George Floyd tewas lantaran ditembak oleh polisi, bukan karena lehernya dilututi oleh petugas polisi, Derek Chauvin.
Namun setelah ditelusuri, ternyata informasi tersebut adalah hoaks atau masuk dalam kategori informasi yang salah.
Dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari situs Turn Back Hoax Rabu, 3 Juni 2020 informasi ini berasal dari akun Twitter @ustadtengkuzul, dia mencuit sebuah pernyataan yang telah di-retweet sebanyak 1,7 ribu kali.
Baca Juga: Aksi Demonstrasi Picu Kebakaran Dekat Gedung Putih, 1.600 Tentara AS Dipindahkan ke Washington
Adapun bunyi narasi cuitan tersebut adalah, "Geoge Floyd, pemuda kulit hitam tewas ditembak Polisi di Amerika. Polisi membantahnya, Lalu rekaman CCTV beredar. Sontak seluruh Amerika rusuh. Kalau di Plnet Yours “yang mesti ditangkap itu yg men-share video CCTV nya itu…Ya, kan…?.” tulisnya.
Faktanya, dikutip dari situs Now This, menyebut bahwa autopsi kedua telah menyataan bahwa George Floyd meninggal karena sesak napas dan bahwa tidak ada masalah medis yang mendasari berkontribusi pada kematiannya.
Diberitakan juga oleh CNA, menyatakan bahwa, “Video Bystander menunjukkan Floyd memohon untuk menyerah dan mengatakan berulang kali bahwa dia tidak bisa bernafas ketika seorang perwira polisi Derek Chauvin menjaga lututnya dengan kuat menempel di leher Floyd selama hampir sembilan menit. Dua petugas lainnya menekan dengan lutut ke punggung Floyd.”
Baca Juga: YouTube, Spotify, Amazon, dan Apple Music Dukung Kampanye 'Blackout Tuesday'
"Dua dokter yang melakukan autopsi independen atas kematian George Floyd mengatakan, pada Senin, 1 Juni 2020, bahwa ia meninggal karena sesak napas dan kematiannya merupakan pembunuhan," seperti dikutip dari berbagai sumber .
Dokter juga mengatakan Floyd tidak memiliki kondisi medis yang mendasari yang berakibat pada kematiannya itu. Ia kemungkinan meninggal sebelum dibawa oleh ambulans.
