Digadang sebagai Stimulus Ekonomi, Luhut B Pandjaitan Usulkan Potensi Ekspor ke Tiongkok Tahun Depan

16 September 2020, 14:24 WIB
Aktivitas ekspor impor di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Rabu, 24 Juni 2020. /ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT/

PR DEPOK – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menilai Indonesia dapat melakukan ekspor ke Tiongkok pada tahun 2021 mendatang.

Hall tersebut dilakukan guna meningkatkan stimulus ekonomi Indonesia sebesar 500 miliar dolar AS.

Pernyataan tersebut disampaikan Luhut pada kegiatan diskusi Sarasehan 100 Ekonom yang digelar secara daring Selasa, 15 September 2020.

Baca Juga: Bekerja di RS Sebagai Dokter Selama 4 Tahun, Pria Tak Tamat SD Berhasil Palsukan Gelar dan Identitas

"Tahun depan China beri stimulus untuk ekonomi dia. Apa dampaknya buat kita? Ini peluang ekspor kita. Makannya kita genjot sekarang ini untuk memperbaiki produk kita yang bisa diekspor ke dia (China)," kata Luhut sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari ANTARA.

Adapun maksud dari memperbaiki produk adalah memajukan jalannya hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah perbaikan ekonomi Indonesia pada beberapa sektor.

"Hilirisasi ini punya peran penting karena memberi nilai tambah yang sangat bagus, mulai dari pajak, pendidikan hingga potensi UMKM. Kita kan tidak mau terus-terusan mengandalkan komoditas," ucap Luhut.

Baca Juga: Usai Ditunjuk oleh Jokowi Tangani Covid-19 di 8 Provinsi, Luhut Binsar Pandjaitan Siapkan Strategi

Lebih lanjut Luhut mengatakan, tahun depan pemerintah menargetkan agar dapat meningkatkan ekspor besi dan baja sekitar 13-35 miliar dolar AS setelah terjadinya penundaan tahun ini akibat pandemi Covid-19.

"Target kita jadinya tahun ini 13 miliar dollar AS tapi karena Covid jadi terjadi juga penundaan. Tahun depan, kami sudah menargetkan 13-15 miliar dolar AS pada tahun 2024 itu akan 30 miliar dollar AS. Itu belum termasuk lithium battery," ucap Luhut.

Meski akan meningkatkan jumlah ekspor, Luhut mengatakan akan tetap mengutamakan kebutuhan dalam negeri.

Baca Juga: Berguguran Saat Tangani Pasien Corona, PB IDI Minta Pemerintah Buat Komite Perlindungan Tenaga Medis

Luhut mengungkapkan, pemerintah terus melakukan peningkatan hilirisasi dalam rangka penambahan nilai ekspor agar perkembangannya dari tahun ke tahun semakin baik.

"Kami membandingkan dari tahun ke tahun membaik, value added dari nikel ore (yang diolah) jauh lebih tinggi dari 40-50 tahun kendaraan Jepang roda empat atau roda dua yang ada di Indonesia. Ini fakta yang ada sekarang ini," tutur Luhut.

Berdasarkan data dari Kemenko Maritim dan Investasi, selama periode 6 tahun ke belakang yakni dari 2014-2019 ekspor besi dan baja luar kendaraan melambung drastis dari 1,1 miliar dolar AS menjadi 7,4 miliar dollar AS.

Baca Juga: Soal Bantuan Subsidi Upah Pekerja, Menaker: Tidak Ada Upaya Menghambat Pencairan

Tak hanya itu, pengolahan bijih nikel ke stainless steel slab naik drastis sebesar sepuluh kali lipat dari semula 612 juta dolar AS menjadi 6,24 miliar dollar AS.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler