Sri Mulyani Perkirakan Indonesia Alami Resesi di Kuartal III

22 September 2020, 21:05 WIB
Ilustrasi PHK./ /

PR DEPOK – Pandemi Covid-19 menjadi momok menakutkan bagi semua negara di dunia.

Bukan hanya dari sisi kesehatan, Covid-19 membawa ancaman tersendiri bagi kondisi ekonomi.

Hal itu terjadi berkat sejumlah kegiatan ekonomi yang tidak dapat menjalankan usahanya seperti biasa pada masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Meski Tak Keluar Rumah, Satgas Covid-19 Imbau untuk Tetap Waspada

Sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) hingga menurunnya daya beli masyarakat.

Semuanya itu memberi kontribusi pada menurunnya angka pertumbuhan ekonomi negara.

Apabila angka pertumbuhan ekonomi terus turun bukan tidak mungkin kemungkinan terburuk Indonesia akan masuk dalam jurang resesi.

Baca Juga: Jasper, Kucing Tanpa Rambut dan Mata yang Menarik Perhatian Pengguna Instagram

Resesi adalah penurunan ekonomi sementara di mana perdagangan dan aktivitas industri berkurang, umumnya ditandai dengan penurunan PDB dalam dua kuartal berturut-turut.

Kemungkinan resesi diperkirakan oleh Menteri Keuangan, setelah ia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III (Q3) 2020 pada akhir September mendatang.

Bukan tanpa alasan, resesi kemungkinan dialami Indonesia setelah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi atau penurunan hingga minus 2,9 persen atau hingga 1,1 persen.

Baca Juga: Sempat Lepas Akibat Banjir, Seekor Buaya Peliharaan Berhasil Ditangkap Warga

Angka kontraksi tersebut dapat dibilang lebih besar dari perkiraan awal yakni sekitar 2.1 persen atau 0 persen.

Sedangkan angka keseluruhan pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun diperkirakan berada pada minus 1,7 persen bahkan sampai minus 0,6 persen.

Padahal sebelumnya diketahui, Bendahara Negara tersebut hanya memperkirakan pada kisaran 1.1 persen sampai dengan positif 0,2 persen.

Baca Juga: Babak Baru Kasus Jerinx SID, Majelis Hakim Penuhi Keinginan Kuasa Hukum

Adapun perkiraan tersebut disampaikan Sri Mulyani pada konferensi pers APBN Kita secara virtual pada Selasa, 22 September 2020.

"Kementerian Keuangan merevisi forecast untuk September, sebelumnya untuk tahun ini minus 1.1 persen hingga positif 0.2 persen. Forecast terbaru September untuk 2020 di minus 1.7 persen hingga minus 0.6 persen," katanya sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-depok.com dari RRI.

Dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi bergerak ke arah negatif pada akhir tahun, ia menambahkan maka di kuartal III dan IV pertumbuhan ekonomi juga dapat bergerak ke posisi minus.

Baca Juga: Orang Tak Keluar Rumah Bisa Tertular Covid-19, Doni Monardo: Bisa Saja Tanpa Gejala

Padahal sebelumnya, Sri Mulyani selalu optimis akan pertumbuhan ekonomi dapat bergerak ke arah positif pada kuartal IV dengan usaha pemerintah untuk mengoptimalkan laju pertumbuhan ekonomi di kuartal IV nanti hingga mendekati 0.

"Ini artinya negatif teritori kemungkinan akan terjadi pada kuartal III dan juga masih akan berlangsung kuartal IV, yang kita upayakan untuk bisa dekati 0 atau positif," ujarnya.

Ditinjau dari beberapa sektor komponen pendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal III seperti rumah tangga, ekspor, impor dan investasi diperkirakan masih tumbuh ke arah negatif.

Baca Juga: Penasaran dengan Jenis Kelamin Anaknya, Pria di India Tega Menyayat Perut Istrinya dengan Sabit

Hanya konsumsi pemerintah yang diperkirakan akan mencapai angka positif pada kuartal III.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler