Donald Trump Klaim Raih Kemenangan Pilpres AS Secara Sepihak, Harga Minyak Dunia Menguat

5 November 2020, 11:08 WIB
Ilustrasi Kilang Minyak (pixabay.com) /

PR DEPOK – Harga minyak dunia kembali mengalami perubahan terbarunya yang disebabkan oleh sejumlah faktor.

Harga minyak mentah jenis Brent misalnya untuk pengiriman Januari naik 1,52 dollar AS atau 3,8 persen ke level 41,23 dollar AS per barel di London ICE Futures Exchange pada akhir perdagangan Rabu, 4 November 2020 waktu setempat atau Kamis, 5 November 2020 November 2020 WIB.

Sementara itu harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember mengakhiri sesinya dengan kenaikan 1,49 dollar AS atau 4,0 persen ke level 39,15 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange pada sesi perdagangan yang sama.

Baca Juga: PS5 Segera Dirilis Pertengahan November 2020: Berapa Kisaran Harganya di Indonesia?

Harga minyak dunia naik hampir empat persen setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim kemenangan secara sepihak dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun ini yang ketat.

Sementara itu, jutaan surat suara hingga saat ini masih dalam proses perhitungan.

Kemenangan Donald Trump dipandang sebagai bullish untuk minyak.

Baca Juga: Pilkada Masa Pandemi Hadapi Tantangan Baru, Bawaslu: Tiap Pemilih Butuh 4 Menit Saat Nyoblos

Hal ini lantaran sanski terhadap Iran dan dukungannya untuk memotong produksi minyak yang dipimpin Arab Saudi mendukung harga.

Hasil yang diperebutkan dan ketidakpastian yang berkepanjangan dipandang sebagai hasil paling bearish untuk minyak di pasar secara umum.

Sementara itu, kemenangan untuk Joe Biden akan dilihat sebagai bearish hingga netral lantaran dukungannya terhadap bahan bakar ramah lingkungan dan perubahan iklim serta sikap yang lebih 'lembut' terhadap Iran.

Baca Juga: Tak Ingin Dikuasai Pihak Asing, Wakil Ketua MPR Nilai Luar Angkasa Indonesia Harus Diatur

Kedua patokan jenis minyak mentah memperpanjang kenaikan sesi tertinggi setelah data menunjukan persediaan minyak mentah AS turun 8,0 juta barel pada pekan lalu ketika Badai Zeta memaksa penurunan produksi di Teluk Meksiko selama periode tersebut.

"Mungkin kesimpulan terbesar yang dapat ditarik pada tahap ini adalah bahwa hanya ada kemungkinan kecil bahwa insentif pajak minyak dan gas yang ada akan dihapus di AS-bahkan jika Biden muncul sebagai pemenang-mengingat margin kemenangan yang sempit dan kemungkinan Republik mayoritas di Senat AS," kata Kepala Riset minyak di Rystad Energy, Artem Abramov seperti dikutip oleh pikiranrakyat-depok.com dari Kantor Berita ANTARA.***

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler