Benarkah Rasa Gembira dan Bahagia Efektif Cegah Stroke? Simak Penjelasan Dokter Spesialis Syaraf Ini

9 Februari 2021, 19:30 WIB
Ilustrasi stroke ringan. /Pexels/Andrea Piacquadio/Photo by Andrea Piacquadio

PR DEPOK - Dokter spesialis syaraf Enseline Nikijuluw mengatakan membangkitkan rasa gembira dan bahagia merupakan cara efektif serta mudah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke.

"Selalu membangkitkan rasa gembira, berguna juga relaksasi pada otot dan kerja saraf tepi," kata Enseline di Jakarta, pada Sabtu 6 Februari 2021 sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari Antara.

Dokter Spesialis Syaraf dari Siloam Hospitals Ambon itu mengatakan rasa gembira dan bahagia akan memicu hormon dan neurotransmiter otak seimbang. Salah satu efeknya akan membuat kerja organ-organ tubuh lain semakin aktif dan imbang.

Baca Juga: Sindir Jokowi yang Minta Dikritik, Said Didu Tanyakan Sikap Buzzer dan Aparat: Laporkan dan Periksa?

Selain menjelaskan rasa gembira dan bahagia sebagai pencegah stroke, Ia mengatakan terdapat pula mitos bahwa stroke merupakan penyakit turunan dan menyerang orang tua dan tidak bisa dicegah.

Padahal hampir 80 persen gejala penyakit stroke dapat dicegah melalui perilaku hidup sehat dan konsisten.

Penyembuhan stroke, kata dia, juga dapat diatasi cepat ketika timbul gejala dini dengan catatan segera diketahui dan diobati teratur jika merasakan gejala dini.

Baca Juga: Presiden Minta Rakyat Lebih Aktif Mengkritik, Gus Umar: Tertibkan Dulu Buzzer-nya Pak Jokowi, Baru Bicara Itu!

Lebih lanjut, Dokter Enseline mengatakan bahwa cara mudah mengenali gejala stroke di antaranya sulit menelan air minum, gerakan sebagian anggota tubuh melemah dan sakit kepala muncul tak diduga.

"Karenanya sangat diperlukan melakukan pola hidup sehat sekaligus mengkonsumsi asupan gizi yang seimbang. Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala yang tidak normal pada tubuh kita agar kita dapat mengatasi penyakit dengan pengobatan yang tepat," katanya.

Selain itu, Ia mengatakan faktor risiko yang menyebabkan stroke pada umumnya karena darah tinggi, gula darah, diabetes, kolesterol, asam urat, obesitas, kebiasaan merokok serta mengkonsumsi alkohol.

Baca Juga: Siapkan 5.000 Dosis Vaksin Covid-19, Jokowi: Vaksinasi untuk Awak Media Mulai Akhir Februari 2021

Berdasarkan Data Penelitian Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan pada 2014 menyebutkan bahwa 21,1 persen dari seluruh penyebab kematian disebabkan oleh stroke.

Stroke juga merupakan penyebab kecacatan dan kematian tertinggi di Indonesia pada 2014. Pada 2015 stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Saat ini terdapat 17 juta kasus stroke, 6,5 juta kematian dan 26 juta penyintas.

Adapun data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) pada 2009 menyebutkan 65 persen pasien stroke mengalami kecacatan dari berbagai level, seperti tidak bisa berjalan, bergerak dan gejala lain.

Baca Juga: Politisi PDIP Ihsan Yunus Belum Diperiksa KPK Terkait Kasus Bansos, Benny Harman: Rakyat Monitor!

Sementara itu, Spesialis Neurologi Konsultan RSUD dr Moewardi Solo dr Rivan Danuaji mengatakan tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya penanganan penyakit stroke pada fase awal juga masih kurang.

Padahal, katanya, langkah terbaik untuk penanganan penyakit stroke dengan segera membawa pasien ke rumah sakit agar cepat memperoleh perawatan dan penanganan medis.

"Kuncinya penanganan stroke itu di fase awal. Di stroke itu namanya "golden time" atau masa emas penyembuhan, kalau itu lewat susah. “Golden time” itu hanya 4,5 jam dari pertama serangan," katanya.***

Editor: Adithya Nurcahyo

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler