Anda Lebih Mungkin Meninggal karena Tersambar Petir daripada Divaksin Covid-19 Menurut Ilmuwan

22 Januari 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi vaksin /Pixabay/WIR_Pixs/

PR DEPOK - Pandemi telah melanda di berbagai negara dunia selama kurun waktu 2 tahun.

Di samping pandemi yang belum juga berakhir, sebagian besar informasi yang salah berfokus pada keamanan vaksin dan potensi risiko yang terkait dengannya.

Berita utama yang salah mengklaim bahwa vaksin telah menyebabkan ratusan ribu kematian dan cedera tetap merajalela di media sosial dan sumber online lainnya.

Baca Juga: Link Nonton Through the Darkness Episode 4, Spoiler: Pencarian Bukti Kasus Pembunuhan

Dr. Laura Morris, sering mendengar kekhawatiran ini dari pasiennya.

“Saya memiliki pasien yang mengatakan dengan lantang bahwa Anda lebih mungkin meninggal karena vaksin daripada karena Covid, jadi jelas ada banyak informasi palsu yang disengaja yang ada di platform media sosial, dan tempat-tempat di mana orang melakukan kutipan mereka 'penelitian,'” katanya sebagaimana yang dikutip oleh PikiranRakyat-Depok.com dari Healtline.

Morris, yang juga ketua bersama komite vaksin Perawatan Kesehatan Universitas Missouri, berinteraksi dengan pasien ini dan mengarahkan mereka ke sumber informasi tepercaya untuk meyakinkan mereka bahwa vaksin itu aman dan faktanya, risiko kematian akibat Covid- 19 secara eksponensial lebih tinggi.

Baca Juga: Prakiraan Hujan di Indonesia, 23 Januari 2022: Sebagian Wilayah Jawa Barat Berpotensi Turun Hujan Sedang

“Kematian yang dapat dikaitkan dengan reaksi merugikan dari vaksin sangat jarang terjadi,” katanya.

"Namun, Anda lebih mungkin meninggal karena Covid tahun ini dan tahun lalu daripada hampir semua hal lainnya," tambahnya.

 

Anda lebih mungkin meninggal karena tersambar petir daripada vaksin Covid-19

Para ilmuwan menyelidiki dan meneliti setiap laporan kematian individu untuk memverifikasi penyebab sebenarnya.

Hingga saat ini, CDC telah memverifikasi sembilan kematian yang terkait dengan vaksin Johnson & Johnson/Janssen Covid-19.

Baca Juga: Wanita 29 Tahun yang Tidak Divaksin Meninggal Dunia di Singapura, Jadi Kasus Kematian Pertama Omicron

Kematian ini dikaitkan dengan trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS), yang menyebabkan pembekuan darah di pembuluh darah besar dan trombosit rendah.

“Jadi apa yang saya katakan kepada pasien saya adalah bahwa Anda lebih mungkin meninggal karena tersambar petir daripada Anda meninggal karena reaksi buruk terhadap vaksin ini,” kata Morris.

Menurut National Weather Service, 17 orang meninggal akibat sambaran petir di Amerika Serikat pada tahun 2020.

Karena sembilan kematian yang terkait dengan vaksin Johnson & Johnson/Janssen Covid-19, CDC merekomendasikan pada Desember 2021 agar orang Amerika memilih vaksin mRNA (Pfizer dan Moderna) daripada Johnson & Johnson.

Baca Juga: Indonesia Cetak 2.000 Kasus Harian, Guru Besar UI Sarankan Ganti New Normal Jadi Now Normal

Pada 6 Januari 2022, CDC dan FDA telah mengidentifikasi 57 laporan yang dikonfirmasi tentang orang-orang yang menerima vaksin Johnson & Johnson/Janssen Covid-19 dan kemudian mengembangkan TTS.

Lebih dari 17,7 juta dosis vaksin Johnson & Johnson telah diberikan di Amerika Serikat.

“Ini sangat jarang, dan saya masih akan mengatakan bahwa ada manfaat dari vaksin itu, tetapi dengan pasokan kami di Amerika Serikat, khususnya seperti apa adanya, ada pilihan yang lebih aman,” kata Morris.***

Editor: Imas Solihah

Sumber: Healtline

Tags

Terkini

Terpopuler