Studi Baru: Vaksin Covid-19 Sebabkan Menstruasi Wanita Penerima Tidak Normal

18 Juli 2022, 21:22 WIB
Ilustrasi - Satu studi baru menyebutkan vaksin Covid-19 menyebabkan menstruasi tidak normal pada hampir setengah penerima wanita yang jadi responden. /Pixabay/spencerbdavis1.

PR DEPOK - Satu studi terbaru menyebutkan vaksin Covid-19 telah menyebabkan menstruasi yang tidak normal pada hampir setengah penerima wanita yang menjadi responden.

Studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Science Advances ini kabarnya melakukan survei kepada hampir 40.000 orang berusia 18 hingga 80 tahun.

Dalam surveinya, para peneliti dari University of Illinois dan Washington University School of Medicine meminta responden mengisi kuesioner online tentang siklus mentruasi mereka.

Setelah diisi responden, nantinya para peneliti dari kedua universitas itu keudian menganalisis dan mensistematisasikan tanggapannya.

Baca Juga: Prancis Siap Hadapi Puncak Gelombang Panas Ekstrem, Diperkirakan Suhu di Atas 42 Derajat Celcius

Dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari RT, para peneliti mengatakan, mereka meluncurkan penelitian setelah banyak laporan anekdotal dari awal 2021 dan seterusnya.

Menggambarkan pendarahan menstruasi yang tidak biasa pada wanita yang telah menerima vaksin Covid-19.

Menurut temuan penelitian, tercatat 42 persen responden yang sebelumnya memiliki siklus teratur melaporkan pendarahan yang lebih berat setelah menerima suntikan.

Pada saat yang sama, 44 persen tidak melihat perubahan, sementara 14 persen lainnya melaporkan periode yang lebih ringan.

Baca Juga: Umumkan Keadaan Darurat, Presiden Sementara Sri Lanka Singgung Pemungutan Suara

Selain itu, responden lain yang tidak mengalami menstruasi, termasuk pria transgender dan wanita pascamenopause, dan mereka yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang, juga mengalami pendarahan yang tidak biasa.

Responden telah menerima vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson atau vaksin lain yang telah disetujui di luar Amerika Serikat.

Para peserta juga mengatakan tidak ada dari mereka yang tertular Covid-19 sebelum diinokulasi atau perpindahan mikroorganisme baik ke bakteri.

Baca Juga: Update Kecelakaan Maut Cibubur: Belasan Orang Dinyatakan Meninggal Dunia

Studi tersebut, dikabarkan yang terbesar dari jenisnya hingga saat ini dan tampaknya menguatkan temuan survei sebelumnya yang lebih kecil.

Namun, para peneliti menunjukkan bahwa perubahan yang diamati pada siklus wanita hanya bersifat sementara, dan sama sekali tidak boleh digunakan untuk mempertanyakan kemanjuran dan keamanan vaksin Covid 19 secara keseluruhan.

"Saya pikir hal ini penting, untuk orang tahu ini bisa terjadi, jadi mereka tidak takut, tidak terkejut, dan tidak tertangkap 'bocor' di area celana tanpa persediaan pembalut, jika sudah di vaksin dan jarak mens tidak sesuai dengan tanggal," ucap Katharine Lee, salah satu penulis studi tersebut.

Baca Juga: Sekalipun Disanksi Barat, Vladimir Putin Tegas Klaim Rusia Tak Bakal 'Terkucilkan' Pergaulan Internasional

Kemudian, dirinya memperingatkan bahwa menunda proses vaksinasi bahkan selama beberapa minggu bukan merupakan ide yang baik untuk wanita.

Para penulis dan peneliti mengatakan mereka berharap lebih banyak transparansi seputar efek samping vaksin Covid-19. Sehingga dapat membantu mengurangi keraguan dan ketakutan terhadap masyarakat, karena kurangnya info seputar efek vaksin bagi setiap orang.***

Editor: Ramadhan Dwi Waluya

Sumber: RT

Tags

Terkini

Terpopuler